Sabtu, 18 April 2015

Makalah - Pupuk Organik Azolla



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa ini, penggunaan pupuk kimia dalam bidang pertanian mulai memunculkan dampak negative pada tanah dan lingkungan sekitar. Dengan adanya fakta ini, sedikit demi sedikit para petani dan pelaku agribisnis di seluruh dunia mulai mencari alternatif untuk berusaha mengurangi ataupun menghilangkan ketergantungan pada pupuk kimia, salah satunya adalah dengan kembali menggunakan pupuk organik. Dari berbagai macam pupuk organic yang tersedia, kami akan membahas tentang pupuk Azolla.
Tanaman Azolla Sp. memang sudah tidak diragukan lagi konstribusinya dalam memengaruhi peningkatan tanaman padi. Hal ini telah dibuktikan dibeberpa tempat dan beberapa negara. Konstribusi terbesar azolla adalah dengan menjaga hasil panen tetap tinggi. Meskipun penggunaannya sebagai pupuk hijau pada tanaman padi masih dilakukan di China dan Vietnam, dengan adanya peningkatan biaya tenaga kerja, membuatnya kurang diminati.
Meskipun demikian, seiring dengan perkembangan pupuk hijau, penggunaan azolla ini kini lebih banyak dimanfaatkan untuk budidaya perikanan. Dengan adanya mindazbesi yang menggabungkan mina padi dengan azolla, selain menjadikannya sebagai pakan perikanan juga konstribusi dapat digunakan untuk peningkatan produksi padi.

Di Indonesia, meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman azolla (Azolla pinnata) untuk usaha taninya. Padahal manfaat tanaman air yang satu cukup banyak. Selain bisa untuk pupuk dan media tanaman hias, azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan. Di Bali, azolla biasa dan sering dijumpai terapung di perairan sawah dan kolam ikan. Karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk dan dibuang begitu saja. Padahal, bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, azolla ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 Kg/ha.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan pupuk Azolla?
2.      Bagaimanakah sifat dan karakter dari pupuk Azolla?
3.      Bagaimanakah potensi pemanfaatan pupuk Azolla di Indonesia?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan pupuk Azolla.
2.      Menjelaskan tentang sifat dan karakter dari pupuk Azolla.
3.      Menjelaskan tentang potensi pemanfaatan pupuk Azolla di Indonesia.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pupuk Azolla

Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di permukaan air. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae, alga biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai inangnya atau rumah bagi alga. Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla. Dalam hubungan saling menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas Azolla menyediakan karbon serta lingkungan yang ‘nyaman’ bagi pertumbuhan dan perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik.
Azolla merupakan satu-satunya genus dari paku air mengapung suku Azollaceae. Terdapat tujuh spesies yang termasuk dalam genus ini. Suku Azollaceae sekarang dianjurkan untuk digabungkan ke dalam suku Salviniaceae,
Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata,Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra.
Azolla sangat kaya akan protein, asam amino esensial, vitamin (vitamin A, vitamin B12 dan Beta- Carotene), mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, dan magnesium. Berdasarkan berat keringnya, mengandung 25 – 35% protein, 10 – 15% mineral dan 7 – 10% asam amino, senyawa bioaktif dan biopolymer. Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azollasangat efisien dan efektif sebagai pakan ikan, ternak, dan unggas. Ternak dengan mudah dapat mencernanya, karena kandungan protein yang tinggi dan lignin yang rendah.
B.     Sifat dan Karakter Pupuk Azolla

C.    Potensi dan Pemanfaatan Pupuk Azolla
Pemanfaatan azolla sebagai pupuk ini memang memungkinkan. Pasalnya, bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos (azolla kering) mengandung unsur Nitrogen (N) 3 - 5 persen, Phosphor (P) 0,5 - 0,9 persen dan Kalium (K) 2 - 4,5 persen. Sedangkan hara mikronya berupa Calsium (Ca) 0,4 - 1 persen, Magnesium (Mg) 0,5 - 0,6 persen, Ferum (Fe) 0,06 - 0,26 persen dan Mangaan (Mn) 0,11 - 0,16 persen.
Berdasarkan komposisi kimia tersebut, bila digunakan untuk pupuk mempertahankan kesuburan tanah, setiap hektar areal memerlukan azolla sejumlah 20 ton dalam bentuk segar, atau 6-7 ton berupa kompos (kadar air 15 persen) atau sekitar 1 ton dalam keadaan kering. Bila azolla diberikan secara rutin setiap musim tanam, maka suatu saat tanah itu tidak memerlukan pupuk buatan lagi.
Hal itu dimungkinkan, karena pada penebaran pertama 1/4 bagian unsur yang dikandung azolla langsung dimanfaatkan oleh tanah. Seperempat bagian ini, setara dengan 65 Kg pupuk Urea. Pada musim tanam ke-2 dan ke-3, azolla mensubstitusikan 1/4 - 1/3 dosis pemupukan.
Dibanding pupuk buatan, azolla memang lebih ramah lingkungan. Cara kerjanya juga istimewa, karena azolla mampu mengikat Nitrogen langsung dari udara.
Penggunaan sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar, bisa juga dalam bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, azolla juga baik untuk media tanam aneka jenis tanaman hias mulai dari bonsai, suplir, kaktus sampai mawar. Untuk media tanaman hias, selain digunakan secara langsung, kompos azolla ini juga bisa dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3 : 1 : 1.
Untuk membuat kompos azolla, caranya cukup mudah. Buat saja lubang ukuran (P x L x D) 3 x 2 x 2 meter. Kemudian azolla segar dimasukkan ke dalam lubang. Seminggu kemudian azolla dibongkar. Untuk mengurangi kadar air menjadi 15 persen, azolla yang sudah terfermentasi tersebut lantas dijemur. Setelah agak kering, baru dikemas dalam kantong plastik atau langsung digunakan sebagai media tanam.


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan


DAFTAR PUSTAKA

www.batan.go.id
http://kolamazolla.blogspot.com. Dian Kusumanto. 2008. Manfaat Tanaman Azolla. Diakses hari kamis, 3 April 2014, pukul 11.10.
www.Wikipedia.org


Teknologi Pengolahan Hasil Hortikultura



Teknologi pengolahan adalah teknik, cara atau metode untuk mengolah hasil hortikultura (sayur dan buah) menjadi bentuk atau produk dengan spesifikasi tertentu sesuai dengan keinginan pemakai, seperti produk antara atau produk yang dapat dikonsumsi langsung oleh konsumen.

Pengolahan hasil hortikultura dapat menghasilkan berbagai produk, yaitu:
1.      Produk hasil pengeringan
2.      Tepung
3.      Keripik
4.      Kerupuk
5.      Sari atau cairan hasil ekstraksi
6.      Pasta
7.      Produk dengan kadar gula tinggi
8.      Asinan

1.    Pengeringan

Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air bahan dengan menempatkan  bahan pada ruang dengan kelembaban relatif rendah, atau tekanan rendah.  Secara tradisional, pengeringan dilakukan dengan menjemur bahan pada ruang terbuka dengan terik matahari.  Cara ini telah dimodifikasi dengan menempatkan bahan di dalam kotak yang sekurang-kurangnya bagian atasnya tembus cahaya matahari yang merupakan sumber energi panas.  Dengan cara ini, suhu udara di dalam kotak akan naik lebih cepat sehingga tekanan uap air bahan akan naik lebih cepat pula dan hal ini akan mempercepat proses penguapan air dari bahan.  Pengeringan dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat yang menggunakan energi panas dari listrik atau bahan bakar (biomassa, batubara, atau bahan bakar minyak).

Pada pengolahan hasil hortikultura, pengeringan dilakukan pada proses pengolahan pisang sale, tepung pisang, kerupuk labu, dodol, cabe kering, dan cabe bubuk.  Pengeringan tersebut dapat dilakukan dengan penjemuran dan dengan alat pengering pada saat cahaya matahari tidak mencukupi.

2.    Penghalusan

Penghalusan adalah proses penghancuran bahan sehingga secara fisik bahan berubah menjadi lebih kecil atau menjadi partikel yang lebih kecil, menjadi bubur atau menjadi pasta.  Tujuan dari penghalusan tergantung kepada bentuk produk secara fisik.  Jika produk berukuran lebih kecil, atau partikel yang lebih halus, maka tujuan pengecilan tersebut adalah untuk memperbesar luas permukaan sehingga penguapan air pada saat pengeringan akan berlangsung lebih cepat.  Jika produk berupa pasta atau bubur maka tujuan adalah untuk memperoleh tekstur bahan yang lebih halus dan cair (contohnya pada pengolahan saos tomat dan selai), atau agar ekstraksi cairan produk lebih mudah dilakukan (contohnya pada pengolahan sari buah).

3.    Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pengambilan bahan atau senyawa tertentu dari suatu bahan.  Pada pengolahan hasil hortikultura, ekstraksi biasanya bertujuan untuk memisahkan cairan dari bahan yang tidak larut air sehingga dihasilkan suatu cairan yang disebut sari buah atau sari sayur.

Proses ekstraksi tersebut biasanya dilakukan dengan memeras bahan secara mekanik sehingga cairan terpisah dari serat dan bahan-bahan tidak larut air.  Pada umumnya, ekstraksi didahului dengan penghalusan sehingga dihasilkan produk berupa bubur atau pasta.  Selanjutnya, bubur atau pasti tersebut disaring, dipusing atau diperas untuk memisahkan cairannya.

4.    Pemotongan

Pemotongan bertujuan untuk merubah bentuk dan ukuran bahah menjadi bentuk tertentu dengan ukuran yang tertentu pula.  Contohnya pada pembuatan keripik kentang dimana kentang yang telah dikupas diiris-iris menjadi lempengan cakram dengan ketebalan tertentu.  Pengirisan ini bertujuan agar proses selanjutnya lebih mudah untuk dilakukan, misalnya lebih cepat kering jika dikeringkan, atau lebih cepat garing jika digoreng.

Pemotongan dan pengirian sayur yang biasa dilakukan pada saat mengolah sayur untuk dimasak juga merupakan contoh dari pemotongan yang tujuannya adalah agar diperoleh bahan dengan ukuran tertentu sesuai dengan selera penyicip.

Pemotongan dapat menjadi bagian dari proses ekstraksi sari buah dimana bahan dipotong-potong, kemudian diperas secara batch dengan pemeras bertekanan atau secara kontinyu dengan pemeras berulir.

5.    Pemanasan

Pemanasan ditujukan untuk berbagai tujuan, yaitu: (a) untuk mematangkan bahan sehingga mempunyai aroma, rasa dan tekstur tertentu, (b) untuk mengurangi jumlah mikroba pencemar atau senyawa yang membahayakan kesehatan yang terkandung pada bahan, dan (c) untuk mengeringkan bahan agar lebih kering dan renyah.  Pemanasan dapat dilakukan dengan menggunakan media (a) minyak panas, (b) udara panas, (c) air panas, dan (d) uap panas. 

Jenis Pemanasan
Pemanasan dapat dikelompokan berdasarkan media yang digunakan untuk pemanasan atau cara panas dibangkitkan, yaitu: (a) penggorengan, (b) pemanggangan, (c) perebusan, (d) pengukusan, dan (e) radiasi gelombang pendek.
Penggorengan.
Penggorengan adalah proses pemanasan dengan menggunakan media minyak nabati atau minyak hewani.  Karena bahan tercelup di dalam cairan minyak dengan suhu di atas 140°C yang jauh di atas titik didih air bahan, maka proses pindah panas berlangsung cepat sehingga bahan matang dengan cepat, serta dapat menjadi kering dan renyah.  Dengan demikian, penggorengan bermanfaat ganda, yaitu untuk memasak bahan sehingga diperoleh karakteristik tertentu dari produk, dan juga untuk mengeringkan produk.

Penggorengan digunakan secara luas dalam pengolahan makanan di rumahtangga, restoran, usaha jasa boga dan hotel.  Industri makanan yang memproduksi kerupuk dan keripik siap santap, pada umumnya juga menggunakan teknik penggorengan sebagai proses terpenting dalam proses pengolahannya.

Penggorengan vakum adalah penggorengan dengan minyak panas yang disertai dengan pengurangan tekanan udara di dalam ruangan penggorengan.  pada kondisi tekanan udara yang rendah, proses penggorengan dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah dan waktu yang lebih singkat.  Biasanya penggorengan vakum ini dapat dilakukan untuk membuat berbagai keripik.
Pemanggangan
Pemanggangan adalah pemanasan bahan dengan menggunakan udara panas, mulai dari suhu sekitar 120°C sampai suhu mendekati 200°C dengan menggunakan oven, atau dengan panas yang lebih tinggi dengan sumber panas dari bara atau api pembakaran gas dan kayu.  Pemanggangan juga menyebabkan bahan menjadi matang, dan dapat mengeringkan bahan jika dilakukan relatif lama.
Perebusan
Perebusan merupakan proses pengolahan yang paling umum dilakukan di rumahtangga, restoran, jasa boga, hotel dan industri pangan.  Pada perebusan digunakan media air sebagai media pengantar panas.  Air tersebut dapat berupa air yang ditambahkan dari luar, tapi dapat juga dari air yang berasal dari bahan sendiri. 
Pemanasan ini bertujuan untuk memasak bahan sehingga bahan menjadi matang dengan karakteristik tertentu yang dikehendaki.  Tujuan lain adalah untuk mematikan mikroba dan parasit yang mungkin terdapat pada bahan sehingga bahan menjadi aman bagi kesehatan bila dikonsumsi.
Pengukusan
Pengukusan adalah pemanasan bahan dengan menggunakan uap panas.  Biasanya uap panas yang digunakan bersuhu 100°C atau lebih.  Untuk keperluan membunuh mikroba pada bahan yang dikemas secara aseptis, atau untuk mempercepat pelunakan jaringan bahan dengan cara pemanasan, digunakan pemanasan dengan uap panas dengan suhu di atas 121°C.




Radiasi Gelombang Pendek
Radiasi gelombang pendek (panjang gelombang xxx – xxx nm) dapat menimbulkan getaran pada molekul air pada bahan sehingga menimbulkan panas.  Oleh karena itu, radiasi gelombang pendek tidak efektif digunakan untuk bahan yang kering atau berkadar air rendah.  Lama pemanasan dan intensitas reaksi digunakan untuk mengatur suhu bahan yang dipanaskan.  Pada saat ini, telah banyak tersedia alat pemanas yang menggunakan radiasi gelombang pendek yang berukuran kecil yang digunakan untuk dapur keluarga, yaitu microwave oven.

Penerapan Pemanasan untuk Mengendalikan Enzim dan Populasi Mikroba

Secara alami, mikroba terdapat pada bahan yang jumlahnya dapat berkembang selama penyimpanan.  Mikroba tersebut dapat merusak bahan atau dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsi makanan tersebut.  Pengendalian mikroba pada bahan makanan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang umur simpan bahan atau untuk meningkatkan keamanan makanan tersebut bagi kesehatan. 

Pemanasan adalah salah satu metode yang efektif untuk mengendalikan populasi mikroba, baik mikroba perusak makanan, maupun mikroba penghasil toksin dan / atau penyebab infeksi.  Blanching, pasteurisasi dan sterilisasi adalah metode pemanasan untuk adalah pemanasan yang biasa digunakan dalam pengolahan makanan.
Blanching
Blanching adalah pemanasan bahan pada suhu £100°C  dengan menggunakan uap panas atau air panas.  Pemanasan ini akan membunuh semua mikroba patogen dan  sebagian mikroba pembusuk.  Tujuan utama dari blanching adalah untuk inaktivasi enzim-enzim yang dapat menyebabkan kerusakan warna dan senyawa-senyawa alamiah pada bahan sebelum bahan diolah dengan panas yang lebih tinggi atau lebih lama.  Selain itu, blanching juga melunakkan jaringan bahan, dimana kondisi ini bermanfaat jika bahan hendak disusun rapat di dalam kemasan aseptis.
Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah pemanasan bahan untuk membunuh semua mikroba patogen.  Biasanya suhu yang digunakan adalah sekitar 70°C dimana pemanasan pada suhu tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang besar pada aroma dan rasa dari bahan.  Pada mulanya, pasteurisasi diterapkan pada susu segar untuk memastikan susu tersebut bebas mikroba patogen pada saat diminum.  Saat ini, proses ini juga diterapkan pada sari buah dan beberapa jenis minuman.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pemanasan untuk membunuh mikroba yang dapat menimbulkan kerusakan bahan yang terkemas selama penyimpanan.  Sterilisasi biasanya dilakukan pada suhu sekitar 121°C dengan menggunakan uap panas.  Pada bahan yang banyak mengandung asam (pH di bawah 4,5), misalnya sari buah, pemanasan dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah (maksimal 100°C). Pada pH rendah, biasanya mikroba lebih sensitif terhadap panas sehingga sudah mengalami kematian pada suhu yang lebih rendah.
 Sari buah biasanya dikemas dengan bahan yang tidak dapat dilunakkan dengan suhu air mendidih. Pada pemanasan dengan uap panas, air dipanaskan sampai menghasilkan uap dengan suhu dan tekanan tertentu, kemudian uap ini memanaskan bahan yang hendak dipanaskan.

Pemanasan basah yang digabung dengan pengemasan bahan di dalam kemasan tahan panas adalah merupakan teknik pasteurisasi atau sterilisasi untuk produk yang dapat disimpan dari beberapa hari sampai beberapa puluh bulan, tergantung kepada kepada tingkat suhu panas yang diberikan.

6.    Fermentasi

Fermentasi adalah proses pengolahan yang melibatkan aktivitas mikroba pada keseluruhan atau salah satu tahapan dari proses tersebut.  Mikroba yang digunakan dapat berasal dari salah satu bahan yang mengandung populasi mikroba dalam jumlah relatif besar yang ditambahkan secara sengaja pada pengolahan.  Bahan tersebut dikenal sebagai inokulum dan dalam istilah sehari-hari disebut sebagai ragi atau laru.  Penambahan inokulum tidak selalu diperlukan.  Pada pengolahan sayur dan buah dengan cara fermentasi, inokulum tidak diperlukan.  Buah dan sayur yang sedang difermentasi ditempatkan pada larutan garam yang dapat menghambat mikroba pembusuk.  Sementara itu, mikroba penghasil asam yang dikehendaki tetap dapat tumbuh pada larutan garam tersebut.

7.    Penggulaan

Penggulaan adalah proses pengolahan dengan menambahkan gula pada bahan dalam jumlah relatif tinggi.  Penambahan gula pada buah akan menyebabkan perubahan pada tekstur sehingga menjadi lebih liat dan kisut.  Pada pengolahan selai, bubur buah yang telah ditambah gula dipanaskan sampai mendidih sehingga terjadi interaksi antara gula, asam dan pektin sehingga terbentuk bubur buah berubah konsistensinya menjadi gel.  Pada pembuatan permen, bubur buah atau sari buah dicampur dengan gula dan bahan pengisi sehingga membentuk konsistensi yang padat atau liat.

8.    Pengemasan Aseptis

Pengemasan aseptis bertujuan agar bahan yang dikemas tidak mengalami pencemaran dan interaksi dengan lingkungan di luar kemasan.  Pengendalian populasi mikroba dilakukan sebelum atau selama pengemasan berlangsung.  Biasanya pengendalian populasi mikroba dilakukan dengan teknik sterilisasi panas dimana bahan yang akan dikemas atau kemasan yang telah berisi bahan dipanaskan dengan suhu tinggi sehingga populasi mikroba berkurang secara drastis dan populasi yang tersisa tidak cukup untuk menimbulkan kerusakan bahan selama penyimpanan yang normal.  Agar tidak terjadi kontaminasi atau interaksi dengan lingkungan laur, kemasan harus tertutup rapat sehingga tidak ada celah sekecil apapun yang memungkinkan mikroba dan udara luar masuk ke dalam kemasan. 

Bahan yang akan dikemas secara aseptis dapat diolah terlebih dahulu dengan salah satu atau berbagai kombinasi teknik penghalusan, ekstraksi, pemotongan, pemanasan, blanching dan pasteurisasi.  Misalnya pada pengemasan aseptis saribuah sehingga produk berupa sari buah dalam kemasan dilakukan terlebih dahulu dengan ekstraksi sari buah, kemudian diblanching, dikemas dan disterilkan dengan suhu tinggi.

Teori dan Realita Pendidikan Sekarang



1     Kami disini untuk membantumu memahami pelajaran. Kenyataannya : kami di sini untuk memaksamau menghafalkan pelajaran. Jika kamu tidak bisa, kami akan menghukummu atau tidak meluluskanmu dalam ujian.
2.      Kamu akan punya waktu untuk sampai ke kelasmu sebelum bel berbunyi. Kenyataannya : pelajaran-pelajaran disampaikan dengan waktu yang tak pernah mencukupi. Beberapa guru memaksa kami untuk mengurangi waktu istirahat dan kami tak punya pilihan lain. Guru selanjutnya kemudian tak mau mengerti bahwa waktu istirahat kami berkurang karena dipotong jam pelajaran sebelumnya, kami harus ke kelas berikutnya tepat pada waktunya.
3.      Seragam sekolah dimaksudkan untuk menghindari deskriminasi. Kenyataannya : Kami tetap terdeskriminasi. Murid mu masih bisa dibedakan berdasarkan kelas sosialnya masing-masing. mungkin kami memakai seragam yang sama, tetapi kami tetap berlomba-lomba untuk terlihar yang paling kaya atau yang paling miskin melalui sepatu, handphone, atau lainnya. Bahkan sepeda motor dan mobil.
4.      Kalian harus menguasai semua pelajaran, itu penting untuk masa depan. Kenyataannya : hampir tidak ada satupun guru yang menguasai semua pelajaran, kan? kalau tidak percaya tanyalah guru Geografi?kecil kemungkinan dia menguasai Fisika dan Matematika. Ajak guru sejarah mengikuti pelajaran olahraga, nilainya belum tentu sebaik temanmu yang jago olah raga. Di dunia nyata, tak ada satupun pekerjaan yang membutuhkan semua kemampuan, semua nilai baik dalam semua pelajaran! Di dunia kerja jika kamu mengetahi semuanya, itu sama saja kamu tidak memahami semuanya. Setiap orang memiliki kecerdasan masing-masing, unik dan berbeda, sekolah berusaha menyeragamkan sambil menganggap yang cerdas hanya mereka yang pandai menghafal.
5.      Merokok tidak baik untuk kesehatan dan tidak diperbolehkan di sekolah. Kenyataannya : Guru olah raga merokok di kantin dan memesan kopi hitam pada penjaganya. kepala sekolah merokok di ruangannya sendiri. Kami merokok sembunyi-sembunyi dimana saja , termasuk di toilet sekolah.
6.      Kalian adalah angkatan terburuk sepanjang sekolah ini berdiri. Kenyataannya : Kalimat itu diucapkan hampir setiap tahun pada semua angkatan. Tidak ada angkatan yang baik diantara kami.
7.      Lebih dari kalian,guru-guru berharap agar kalian sukses dalam ujian nasional. Kenyataannya : Mereka takut ditegur kepala sekolah atau kementrian pendidikan jika salah satu diantara kami tak lulus dalam ujian, Mereka dianggap tak becus mengajar.
9.      Kami tidak membutuhkan uang kalian. Kenyataannya : Setiap kali membangun ruangan baru , keuangan gedung dibebankan pada SPP bulanan kami.LKS dijual setiap semester dan kami wajib membelinya. Buku-buku teks pelajaran ditentukan agar seragam, membeli langsung dari guru lebih baik karena akan mendapatkan diskon dan namanya dicatat di list khusus yang entah berfungsi untuk apa.

"Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar. Dan murid bukan kerbau"- Soe Hok Gie (1942-1969)"