
PENDAHULUAN
Tanah merupakan suatu tubuh alam yang mempunyai arti kedalaman dan
daerah permukaan. Tanah dipandang sebagai hasil alam oleh gaya destruktif dan
gaya sintetik. Pelapukan dan perapuhan mikrobia sisa organik merupakan contoh
proses destruktif, sedangkan pembentukan mineral baru, seperti lempung dan
perkembangan corak lapisan yang khas merupakan proses sintetik. Tanah juga
dapat diartikan sebagai hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di
permukaan bumi yang terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
bekerja dalam masa yang sangat panjang. Komponen tanah adalah mineral, organik,
air, dan udara. Faktor-faktor pembentuk tanah daerah satu dengan yang lain
berbeda seperti bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu (time),
maka tanah yang terbentuk juga berbeda. Tanah merupakan komponen penting bagi
pertanian. Tanaman akan dapat tumbuh degan baik apabila kondisi tanah sesuai
dengan kebutuhan tanaman.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui profil, tekstur,
konsistensi, kadar air, kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah,
kemasaman, bahan organik, kadar nitrogen dan respirasi mikrobia pada tanah.
Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui profil, tekstur,
konsistensi, kadar air, kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah,
kemasaman, bahan organik, kadar nitrogen dan respirasi mikrobia pada tanah.
![]() |

TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Profil Tanah
Profil tanah adalah
lapisan – lapisan yang berbentuk mendatar dan terdapat pada tanah apabila kita
potong dalam posisi melintang. Lapisan – lapisan yang terlihat itu masing –
masing disebut horizon. Lapisan atas
profil tanah umumnya cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya
berwarna gelap karena penimbunan bahan organik tersebut (Hanafiah, 2005). Tanah
yang berada dibawah rerumputan merupakan horison A yang berukuran tebal dan
berwarna gelap akibat pertumbuhan akar sampai kedalaman tertentu. Horison B
terbentuk dari hasil illuviasi, partikel koloida yang terdapat didalamnya
adalah liat, bahan organik, oksida dari besi dan alumunium. Horison E berwarna
terang dengan konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa dengan ukuran
seperti debu dan mineral yang resisten. Horison C terdiri dari sedimen atau
bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk dibawahnya.
Horison O merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan mineral. Horison
R merupakan lapisan batuan induk yang melapuk atau regolith (Hardjowigeno, 2003).
Profil tanah merupakan
suatu irisan melintang pada tubuh tanah. Tanah merupakan tubuh alam yang
terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam terhadap proses
pembentukan mineral, pembentukan dan pelapukan bahan –bahan koloid (Hakim,
2007). Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan
klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah
ulang lebih tepat. Faktor-faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, organisme,
topografi, iklim dan waktu (Madjid, 2009).
2.2. Tekstur Tanah
Tekstur
tanah adalah persentase partikel tanah menurut ukurannya. Selain itu tekstur
tanah merupakan perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam suatu massa
partikel tanah yaitu perbandingan relatif dari fraksi liat, debu dan pasir.
Partikel tanah adalah butiran tanah. Fraksi debu dan pasir merupakan fraksi
yang tidak aktif (Hakim, 2007). Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya
suatu tanah. Tekstur merupakan perbandingan relative pasir, debu dan liat atau
kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (Hardjowigeno, 2003).
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat
kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan
fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis
fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 -
0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002
mm (penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh
terhadap keadaan sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas
tanah, porositas dan lain-lain (Hanafiah, 2005). Tekstur tanah adalah
perbandingan relatif (nisbi) dari pasir, debu, dan liat. Nama tekstur
melukiskan penyebaran butiran secara plastisida, keteguhan, penyediaan hara dan
produktivitas suatu wilayah geografis (Mul, 2004).
2.3.
Konsistensi Tanah
Konsistensi
tanah adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan fisik tanah
dengan kandungan air yang berbeda beda seperti yang diperlihatkan oleh reaksi
tanah atas tekanan-tekanan mekanik. Konsistensi tanah dipandang sebagai
kombinasi sifat yang dipengaruhi oleh kekuatan mengikat antara butir-butir
tanah (Hanafiah, 2005). Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap
perubahan bentuk atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat kohesi dan
adhesi. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu
kering, basah dan lembab. Faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah antara
lain tekstur tanah, sifat dan jumlah
koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah dan kadar air tanah (Hardjowigeno,
2003).
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya
kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain
(Kartasapoetra, 2002). Sifat konsistensi tanah pada kandungan air yang
berbeda-beda adalah konsistensi basah (kelekatan dan keliatan) konsistensi
lembab dan konsistensi kering. Kelekatan artinya tanah dapat melekat atau
menempel pada benda-benda yang mengenainya. Beberapa macam kelekatan yaitu
tidak melekat, sedikit melekat, lekat dan sangat lekat. Liat artinya tanah
mudah diubah-ubah bentuknya. Beberapa macam keliatan yaitu non-plastic, slighly plastic,
plastic, very plastic. Konsistensi lembap merupakan tanah yang gembur.
Beberapa macam konsistensi lembap yaitu lepas, sangat gembur, gembur, teguh,
sangat teguh, dan ektrem teguh. Konsistensi kering merupakan tanah yang keras.
Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras,
sangat keras dan ekstrem keras (Hakim, 2007).
2.4.
Kadar Air
Kadar
air dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase volume tanah. Cara penentuan kadar air dapat digolongkan dalam
cara grafimetrik, tegangan dan hisapan, tumbuhan, listrik serta pembaharuan
neutron (Hardjowigeno, 2003). Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam
tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering (Madjid, 2009).
Kadar air biasanya dinyatakan dalam
banyaknya air yang hilang bila massa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C
sampai diperoleh berat tanah kering yang tetap. Penentuan kandungan air dalam
tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan
istilah jenuh atau tidak jenuh. Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat
dinyatakan atas dasar berat atau isi (Bale, 2001). Faktor-faktor yang
mempemgaruhi kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik.
Tanah yang berlempung misalnya mempunyai kandungan air yang labih banyak
dibandingkan tanah berpasir. Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi
keberadaan air disuatu tempat, gerak kapiler pada tanah basah akan lebih cepat
daripada gerakan keatas maupun kesamping (Hakim, 2007).
2.5.
Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa
Tanah
Kerapatan
butir adalah berat tanah yang menyusun tubuh tanah padat atau satuan berat
solum tanah padat atau rata-rata kerapatan dari butir tanah tanpa pori, yang
dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Sementara kerapatan massa adalah
sebagai massa atau berat tanah per volumenya (Hanafiah, 2005). Kerapatan
partikel merupakan suatu ukuran kerapatan partikel pada tanah. Kerapatan massa
merupakan ukuran kerapatan dari tanah dimana dia berada secara alami termasuk
ruang porinya. (Hakim, 2007).
Porositas
tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur
tanah. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas
yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah
dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan
air (Hardjowigeno, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai porositas suatu
tanah yaitu tekstur, struktur dan bahan organik. Tanah yang mempunyai struktur
lemah maka porositasnya akan mengalami peningkatan selain itu dengan banyaknya
bahan organik dalam tanah juga akan meningkatkan porositas tanah (Yani, 2003)
2.6.
Kemasaman Tanah
Kemasaman
tanah merupakan salah satu sifat yang penting, sebab terdapat beberapa hubungan
pH dengan ketersediaan unsur hara, juga hubungan antara pH dan semua
pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah berkisar 4 sampai
10. pH tanah kurang dari 4, dikaitkan dengan banyaknya kadungan asam sulfat
(Hanafiah, 2005). pH tanah disebabkan oleh pengaruh kompetisi dissosiasi hidrogen
dapat ditukar dan produksi OH- dari hidrolisis basa dapat ditukar
dalam tanah berkisar dari alkali ringan sampai acidic ringan (Hardjowigeno,
2003).
Kemasaman tanah merupakan
salah satu sifat penting, sebab terdapat hubungan pH tanah dengan ketersediaan
unsur hara. Juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan
serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran satu
bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai mendekati
keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah (Madjid, 2009).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi,
sedangkan pengaruhnya sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman tanah harus
diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Mul, 2004).
2.7.
Bahan Organik Tanah
Bahan
organik tanah merupakan penimbunan, terdiri dari sebagian sisa dan sebagian
pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan hewan. Bahan ini adalah sisa yang tidak
statis dan mengalami serangan jasad-jasad renik tanah. Karena itu bahan ini
merupakan bahan transisi tanah dan harus terus menerus diperbaharui dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat
tinggi (Madjid, 2009). Bahan organic merupakan sebuha bahan utama pewarnaan
tanah yang tergantung pada keadaan alaminya, jumlah dan penyebaran dalam profil
tanah tersebut (Hanafiah, 2005).
Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah
lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan
organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top
soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 2003). Sumber primer bahan organik
adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah.
Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan
bawah serta di inkorporasikan dengan tanah. Sumber sekunder bahan organik
adalah binatang. Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda pula
pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan
komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut (Hakim, 2007).
Karbon merupakan penyusun bahan organik,
oleh karena itu peredarannya selama pelapukan jaringan tanaman sangat penting.
Sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari
oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk (Yani, 2003). Bahan
organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur
karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini
berada dalam bentuk senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati
dan bahan-bahan pectin dan lignin (Sutanto, 2002).
Unsur
karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur
padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman
dan hewan serta mikroorganisme yang telah mengalami perubahan, namum relatif
tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan
hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah (Bale, 2001). Karbon diperlukan
mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk
protein. Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak
cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme
untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila ketersediaan karbon berlebihan
(C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas
pertumbuhan organisme (Wallace and Teny, 2000).
2.8.
Kadar Nitrogen Tanah
Senyawa
nitrogen organik dioksidasi melalui pemanasan dalam lingkungan asam sulfat
pekat degan katalis campuran selen membentuk (NH4)2SO4.
Kadar ammonium dalam ekstrak ditetapkan dengan cara destilasi atau
spekfotometri (Madjid, 2009). Fiksasi nitrogen disebabkan oleh mikroorganisme
(terutama bakteri dalam tanah dan algae dalam air) dan peristiwa atmosfir
tertentu (Hanafiah, 2005).
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasal dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder.
Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai
bakteri tertentu. Bahan
organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh
aktifitas jasad renik tanah (Notohadiprawiro, 2001). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu
pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil,
asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain (Mul, 2004).
2.9.
Respirasi Mikrobia
Pengukuran respirasi
mikroorganisme merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk mengukur
tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi memiliki korelasi
yang baik dengan parameter lain seperti temperatur yang sesuai, ketersediaan
air yang cukup dan faktor ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme di tanah tersebut (Hardjowigeno, 2003). Respirasi tanah
merupakan pencerminan populasi dan aktifitas mikroba tanah. Penetapan respirasi
tanah didasarkan pada penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh
mikroba tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah (Notohadiprawiro,
2001).
Jumlah total mikroorganisme yang terdapat
didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility index) tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang
subur mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini
menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan
temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang
mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut (Mul, 2004). Jumlah
mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam
hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil
tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan
pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Tan, 2000).

MATERI
DAN METODE
Praktikum Ilmu Tanah telah dilaksanakan pada hari Senin
hingga Rabu, tanggal 21 - 23 April 2014, pada pukul 07.00 - 12.00 WIB di
Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1.
Materi
Alat
yang digunakan dalam praktikum ilmu tanah adalah timbangan analitis untuk
mengukur massa tanah, oven untuk memanaskan, eksikator untuk menyimpan sampel, kamera
untuk mendokumentasikan, plastik untuk menyimpan sampel tanah biasa dan tanah
agregat, piknometer untuk mengukur massa jenis, kawat pengaduk untuk mengaduk
sampel, thermometer untuk mengukur suhu, botol pemancar air, corong, tabung
reaksi untuk menaruh sampel, larutan indicator universal sebagai reagen,
aquades untuk melarutkan, kartu warna pH untuk menentukan kemasaman, spektrofotometer untuk mengukur absorbansi,
labu ukur 100 ml untuk menampung larutan, pipet volume 5 ml, tabung digestion
dan block digestion, labu erlenmeyer 100 ml untuk melarutkan atau mengencerkan,
larutan phenolphtalein 2 tetes untuk indikator, alat destilasi untuk melakukan
proses destilasi, dan beaker glass
untuk menampung sampel air.
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum profil tanah adalah
sampel tanah biasa dan tanah agregat. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum tekstur
tanah adalah sampel tanah biasa dan tanah agregat. Bahan yang dibutuhkan dalam
praktikum konsistensi tanah adalah aquades, sampel tanah biasa dan tanah
agregat. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum kadar air tanah adalah sampel
tanah kering bongkah. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum kerapatan partikel
dan kerapatan massa tanah adalah sampel tanah biasa dan tanah agregat. Bahan
yang dibutuhkan dalam praktikum bahan organik tanah adalah asam sulfat pekat,
kalium dikromat 1 N dan larutan standar 5000 ppm C. Bahan yang digunakan dalam
praktikum kadar nitrogen adalah Asam sulfat pekat, campuran selen, Asam borat
1%, Natrium Hidroksida dan batu didih. Sementara bahan yang digunakan dalam
praktikum respirasi mikrobia adalah sampel tanah, KOH, penolftalein, HCL dan
Metil Oranye.
3.2.
Metode
3.1.1.
Profil Tanah
Metode yang digunakan dalam praktikum profil
tanah adalah mencari tempat yang mempunyai profil tanah yang baik.
Mendokumentasikan profil tanah tersebut. Mengamati dan mencatat profil tanah
pada lembar kerja.
3.1.2.
Tekstur Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum tekstur tanah adalah mengambil contoh dari tanah
biasa dan tanah agregat. Membasahi secukupnya, kemudian menggosokkan.
Menentukan tekstur yang sesuai pada tabel.
3.1.3.
Konsistensi Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum konsistensi tanah adalah mengambil sampel dari tanah
biasa dan tanah agregat. Membentuk bola dari kedua sampel tersebut. Pada
keadaan kering, menilai tanah yang telah dibentuk sesuai dengan tabel. Pada
keadaan lembab, membasahi tanah dengan sedikit air. Menentukan konsistensi tanah
dengan meremas segumpal tanah. Pada kondisi basah, membasahi tanah. Menentukan
konsistensi tanah basah dengan menilai mudah tidaknya melekat pada jari.
3.1.4.
Kadar Air Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum kadar air tanah adalah menimbang gelas timbang kosong
(a gram). Mengisi gelas timbang dengan sampel tanah. Menimbang gelas timbang
beserta sampel tanah (b gram). Memasukkan gelas timbang kedalam oven selama 24
jam pada suhu 105OC. Memasukkan botol timbang kedalam eksikator.
Mengeluarkan dari eksikator dan menimbang (c gram). Menghitung sesuai dengan
persamaan.
3.1.5.
Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa
Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum kerapatan partikel tanah adalah menimbang piknometer
dengan tutupnya (a gram). Mengisi piknometer sampai penuh. Menimbang piknometer
penuh air (b gram). Mengukur suhu air dalam piknometer dengan thermometer (t1OC).
Membuang air dalam piknometer. Mengisi piknometer dengan sampel tanah (5 gram),
memasang sumbatnya dan menimbang (c gram). Mengisi kembali piknometer dengan
air sampai setengah. Mendiamkan selama 1 malam. Mengulangi penghilangan
gelembung udara, kemudian menambahkan aquades sampai penuh. Menimbang aquades
berisi tanah dan aquades (d gram). Mengukur suhu air piknometer dan cocokkan BJ
air pada suhu tersebut (BJ2).
Metode
yang digunakan dalam praktikum kerapatan massa tanah adalah menimbang contoh
tanah (a gram). Melapisi bongkahan tanah dengan lilin. Dengan mengikatkan
benang pada bongkah tanah, lalu mencelupkan dalam lilin cair, mendinginkan, dan
menimbang (b gram). Mengisi gelas ukur sampai volume tertentu (p ml).
Memasukkan bongkah berlapis lilin kedalam gelas ukur. Mencatat pertambahan
volumenya.
3.1.6.
Kemasaman Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum kemasaman tanah adalah menyiapkan 2 tabung reaksi.
Memasukkan sampel tanah kedalam masing-masing tabung reaksi (2 gram).
Menambahkan KCL 1 N sebanyak 5 ml untuk tabung A. Menambahkan 5 ml aquades
untuk tabung B. Mengocok tabung selama 1 menit sampai mengendap. Memindahkan
air ke tabung reaksi lain. Menetesi dengan indicator universal dan mengaduknya.
Membandingkan warna yang timbul dengan kartu warna pH.
3.1.7.
Bahan Organik Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum bahan organik tanah adalah menimbang contoh tanah
halus 0,5 gram. Memasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Menambahkan K2Cr207
dan mengocoknya. Menambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat,
mengocoknya, dan mendiamkan selama 30 menit. Mengencerkan dengan air bebas ion
sampai dingin. Besoknya mengukur absorbansi larutan jernih dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm. Membuat pembanding standar 0
dan 250 ppm C dengan memipet 0 dan 5 ml larutan standar 5000 ppm C kedalam labu
ukur 100 ml. Menghitung kadar C organik menggunakan computer.
3.1.8.
Kadar Nitrogen Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum kadar nitrogen tanah adalah menimbang 0,5 gram sampel
tanah halus. Memasukkan kedalam tabung digestion. Menambahkan 1 gram selen dan
3 ml asam sulfat pekat. Mendestruksi dengan suhu 350O sampai keluar
uap dan terlihat endapan putih. Mendinginkan tabung dan kemudian mengekstrak
dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. Mengocok sampai homogeny, membiarkan
semalam sampai partikel mengendap. Memindahkan seluruh ektrak kedalam labu
didih. Menambahkannya dengan aquades 90 ml. Menyiapkan penampung NH3 berisi 10
ml asam borat 1%, 2 tetes indicator penolftalein, lalu menghubungkannya dengan
alat destilasi. Dengan gelas ukur, menambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml kedalam
labu didih yang berisi sampel dan langsung menutupnya. Mendestilasi hingga
volume penampang mencapai 50-75 ml dan berwarna hijau. Mentitrasi destilat
dengan Asam Sulfat 1 N hingga muncul warna merah muda. Mencatat volume titar
sampel (Vc) dan blanko (Vb).
3.1.9. Respirasi Mikrobia
Metode yang
digunakan dalam praktikum respirasi mikrobia tanah adalah memasukkan 100 gram
tanah lembab kedalam 1 L botol. Menyiapkan 5 ml 0,2 N KOH dan 10 ml aquades
masing-masing dalam 10 ml gelas breaker. Memasukkan kedua gelas breaker yang
berisi KOH dan aquades, menutupnya, menginkubasi botol dengan cara dikubur pada
tanah subur dan tanah kering, membiarkan selama 2 hari. Menentukan cumlah CO2
yang dihasilkan, dengan menfiltrasi didalam breaker gelas yang berisi KOH, masukkan
2 tetes phenolftalein. Memasukkan 2 tetes metil oranye pada larutan,
mentritrasi dengan HCL.

HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Profil tanah
Berdasarkan hasil praktikum profil tanah,
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan
Profil Tanah
Horison
Tanah
|
Horison O
|
Horison A
|
Horison E
|
Horison B
|
Horison C
|
Horison R
|
Berdasarkan hasil
praktikum, didapatkan hasil bahwa profil tanah terdiri dari horizon A, B, C, O
dan R. Profil tanah adalah penampang melintang tanah pada posisi vertikal.
Dimana setiap lapisan disebut dengan horizon tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa profil tanah adalah lapisan –
lapisan yang berbentuk mendatar dan terdapat pada tanah apabila kita potong
dalam posisi melintang. Lapisan – lapisan yang terlihat itu masing – masing
disebut horizon. Ditambahkan oleh
Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa lapisan atas profil tanah umumnya
cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena
penimbunan bahan organik tersebut. Tanah yang berada dibawah rerumputan
merupakan horison A, yang berukuran tebal dan berwarna gelap akibat pertumbuhan
akar sampai kedalaman tertentu. Horison B terbentuk dari hasil illuviasi,
partikel koloida yang terdapat didalamnya adalah liat, bahan organik, oksida dari
besi dan alumunium. Horison E berwarna terang dengan konsentrasi pasir dan
partikel-partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu dan mineral yang resisten.
Horison C terdiri dari sedimen atau bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca
dari batuan induk dibawahnya. Horison O merupakan horison organik yang
terbentuk di atas lapisan mineral. Horison R merupakan lapisan batuan induk
yang melapuk atau regolith.
Pembentukan profil tanah dipengaruhi oleh gaya destruktif dan
konstruktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007) yang menyatakan bahwa
profil tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena
gaya-gaya alam terhadap proses pembentukan mineral, pembentukan dan pelapukan
bahan –bahan koloid. Ditambahkan oleh Madjid (2009) yang menyatakan bahwa pengenalan
profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah
dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah ulang lebih
tepat. Faktor-faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, organisme, topografi,
iklim dan waktu.
4.2. Tekstur Tanah
Berdasarkan hasil praktikum tekstur tanah,
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2. Pengamatan
Tekstur Tanah
Sampel
Tanah
|
Tekstur
|
Biasa
|
Lempung Berpasir
|
Agregat
|
Lempung Berdebu
|
Berdasarkan
hasil praktikum diatas dapat diketahui bahwa sampel tanah biasa bertekstur
Lempung berpasir dan sampel tanah agregat bertekstur Lempung berdebu. Tekstur
tanah adalah komparasi dari fraksi tanah (debu, liat atau lempung, dan pasir)
pada suatu tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007) yang menyatakan
bahwa Tekstur tanah adalah persentase partikel tanah menurut ukurannya. Selain
itu tekstur tanah merupakan perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam
suatu massa partikel tanah yaitu perbandingan relatif dari fraksi liat, debu
dan pasir. Partikel tanah adalah butiran tanah. Fraksi debu dan pasir merupakan
fraksi yang tidak aktif. Ditambahkan oleh Hardjowigeno (2003) yang menyatakan
bahwa tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur
merupakan perbandingan relative pasir, debu dan liat atau kelompok partikel
dengan ukuran lebih kecil dari kerikil.
Tekstur tanah juga
merupakan komposisi partikel penyusun tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat
Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat
kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan
fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Keadaan tekstur tanah
sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti
struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Ditambahkan
oleh Mul (2004) yang menyatakan bahwa tekstur
tanah adalah perbandingan relatif (nisbi) dari pasir, debu dan liat. Nama
tekstur melukiskan penyebaran butiran secara plastisida, keteguhan, penyediaan
hara dan produktivitas suatu wilayah geografis.
4.3. Konsistensi Tanah
Berdasarkan hasil praktikum konsistensi tanah,
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 3. Pengamatan konsistensi tanah.
Sampel
Tanah
|
Kondisi
|
||
|
Kering
|
Lembab
|
Basah
|
Biasa
|
Agak keras
|
Kokoh / Teguh
|
Tidak lekat
|
Agregat
|
Agak keras
|
Kokoh / Teguh
|
Agak lekat
|
Berdasarkan
hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa pada kondisi kering, sampel tanah
biasa dan tanah agregat termasuk dalam kategori agak keras. Pada kondisi
lembab, sampel tanah biasa dan agregat termasuk pada kategori kokoh atau teguh.
Sementara pada kondisi basah, sampel tanah biasa termasuk kategori tidak lekat,
dan tanah agregat termasuk kategori agak lekat. Konsistensi tanah menunjukkan
integrasi antara kekuatan daya kohesi butir butir tanah dengan daya adhesi butir
tanah dengan benda lain. Sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang
menyatakan bahwa Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan
bentuk atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu kering,
basah dan lembab. Ditambahkan oleh Hakim (2007)
menambahkan sifat konsistensi tanah pada kandungan air yang berbeda-beda adalah
konsistensi basah (kelekatan dan keliatan), konsistensi lembab dan konsistensi
kering.
Konsistensi tanah dipandang sebagai kombinasi
sifat yang dipengaruhi oleh kekuatan mengikat antara butir-butir tanah. Sesuai
dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa faktor - faktor yang
mempengaruhi konsistensi tanah antara lain
tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah,
struktur tanah dan kadar air tanah. Konsistensi tanah adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan keadaan fisik tanah dengan kandungan air yang
berbeda beda seperti yang diperlihatkan oleh reaksi tanah atas tekanan-tekanan
mekanik. Ditambahkan oleh Kartasapoetra (2002)
yang menyatakan bahwa konsistensi tanah
menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya
adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
4.4. Kadar Air Tanah
Berdasarkan hasil praktikum kadar air tanah,
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4. Pengamatan kadar air tanah
Sampel
Tanah
|
Hasil
|
Biasa
|
16,75%
|
Agregat
|
17,53%
|
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan
hasil perhitungan kadar air tanah pada sampel tanah biasa sebesar 16,75% dan
pada sampel tanah agregat sebesar 17,53%. Kadar air tanah dinyatakan sebagai
persentase volume air terhadap volume tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa kadar air dinyatakan dalam persen
volume, yaitu persentase volume air terhadap tanah. Cara penentuan kadar air dapat digolongkan dalam
cara grafimetrik, tegangan dan hisapan, tumbuhan, listrik serta pembaharuan neutron.
Ditambahkan oleh Madjid (2009) yang menyatakan bahwa kadar air tanah adalah
konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering.
Kadar air tanah juga dapat disebut
sebagai air yang terdapat dalam pori tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bale
(2001) yang menyatakan bahwa kadar air biasanya dinyatakan dalam banyaknya air yang hilang bila
massa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C sampai diperoleh
berat tanah kering yang tetap. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat
ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh
atau tidak jenuh. Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas
dasar berat atau isi. Ditambahkan oleh
Hakim (2007) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik. Gerakan air dalam
tanah akan mempengaruhi keberadaan air disuatu tempat, gerak kapiler pada tanah
basah akan lebih cepat daripada gerakan keatas maupun kesamping.
4.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
Berdasarkan hasil praktikum kerapatan partikel
dan massa tanah, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 5. Kerapatan Partikel, Kerapatan Massa
dan Porositas Tanah
Pengamatan
|
Hasil
|
BJ
|
1,7941
|
BV
|
0,952
|
Porositas
|
47%
|
Berdasarkan hasil
praktikum dapat diperoleh data bahwa nilai kerapatan partikel tanah adalah
sebesar 1,7941 gram. Kerapatan partikel adalah bobot kering isi tanah dalam
keadaan utuh per satuan volume. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang
menyatakan bahwa kerapatan butir adalah berat tanah yang menyusun tubuh tanah
padat atau satuan berat solum tanah padat atau rata-rata kerapatan dari butir
tanah tanpa pori, yang dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Ditambahkan
oleh Hakim (2007) menambahkan bahwa kerapatan partikel merupakan suatu ukuran
kerapatan partikel pada tanah.
Berdasarkan hasil
praktikum dapat diperoleh data bahwa nilai kerapatan massa tanah adalah sebesar
0,952 gram. Kerapatan massa adalah berat tanah per volume. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa kerapatan massa adalah
sebagai massa atau berat tanah per volumenya. Ditambahkan oleh Hakim (2007)
yang menyatakan bahwa kerapatan massa merupakan ukuran kerapatan dari tanah
dimana dia berada secara alami termasuk ruang porinya.
Porositas
tanah tinggi kalau bahan organik tanah tinggi. Tanah-tanah dengan struktur
granular atau remah, mempunyai porositas yang tinggi dari pada tanah-tanah
dengan struktur massive. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa porositas
tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur
tanah. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas
yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah
dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan
air. Ditambahkan oleh Yani (2003) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai porositas suatu tanah yaitu tekstur, struktur dan bahan organik.
Tanah yang mempunyai struktur lemah maka porositasnya akan mengalami
peningkatan selain itu dengan banyaknya bahan organik dalam tanah juga akan
meningkatkan porositas tanah.
4.6. Kemasaman Tanah
Berdasarkan hasil
praktikum kemasaman tanah, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 6. Pengamatan
Kemasaman Tanah
Perlakuan
|
Warna
Laurtan + Indikator
|
pH tanah
|
pH H2O
|
Coklat
|
6
|
pH KCL
|
Coklat
|
6
|
Berdasarkan
hasil praktikum, didapatkan hasil pH tanah pada sampel tanah biasa dan tanah
agregat adalah 6. Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting,
sebab terdapat beberapa hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara, juga
hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Nilai pH
tanah berkisar antara 4-10. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang
menyatakan bahwa umumnya pH tanah berkisar 4 sampai 10. pH tanah kurang dari 4,
dikaitkan dengan adanya asam sulfat. Ditambahkan oleh Hardjowigeno (2003) yang
menyatakan bahwa pH tanah disebabkan oleh pengaruh kompetisi dissosiasi hidrogen
dapat ditukar dan produksi OH- dari hidrolisis basa dapat ditukar
dalam tanah berkisar dari alkali ringan sampai acidic ringan.
Kemasaman tanah bersifat penting karena dapat
menentukan tanaman mana yang cocok dengan kondisi tanah tersebut. Hal
ini sesuai dengan pendapat Madjid (2009) yang menyatakan bahwa kemasaman tanah merupakan salah satu
sifat penting, sebab terdapat hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsur hara.
Juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta
sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran satu
bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai mendekati keseimbangan
dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah. Ditambahkan oleh Mul (2004) yang
menyatakan
bahwa kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan
pengaruhnya sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan
karena merupakan sifat tanah yang sangat penting.
4.7. Bahan Organik Tanah
Berdasarkan
hasil praktikum karbon tanah, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel
7. Pengamatan Kadar Bahan Organik Tanah
Pengamatan
|
Hasil
|
Kadar
Bahan Organik
|
0,442182 %
|
Berdasarkan
hasil praktikum didapatkan kadar karbon didalam tanah sebesar 0,442182%. Karbon merupakan
penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama pelapukan jaringan
tanaman sangat penting. Hal ini sependapat dengan Yani (2003) yang menyatakan
bahwa sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal
dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk. Ditambahkan
oleh Sutanto (2002) yang
menyatakan bahwa bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik
tersebut.
Karbon yang merupakan
komponen bahan organik tanah tersusun salah satunya dari sisa – sisa tanaman
dan mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Bale (2001) yang
menyatakan
jika unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral
karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai
sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisme dan wujud yang terakhir berupa
sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah. Ditambahkan
oleh
Wallace and Teny (2000) yang menyatakan bahwa karbon diperlukan
mikroorganisme sebagai sumber energi. Apabila ketersediaan karbon terbatas
(nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang
dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila
ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas
sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme.
Berdasarkan hasil praktikum bahan organik tanah, didapatkan data sebagai
berikut :
Tabel 8. Pengamatan
Kadar Karbon Dalam Tanah
Berat
Sampel
|
Abs
|
Konsentrasi
|
BBK (%)
|
Carbon (%)
|
553,4 mg
|
0,034
|
20,1807
|
82,47 %
|
0,442182 %
|
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan
hasil kadar bahan organic pada sampel tanah adalah sebesar 0,442182%. Bahan
organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral
yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari
timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan
terlapuk selama jangka waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Madjid (2009) yang menyatakan bahwa bahan organik tanah merupakan penimbunan,
terdiri dari sebagian sisa dan sebagian pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan
hewan.. Karena itu bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus
menerus diperbaharui dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi.
Ditambahkan oleh Hakim (2007) yang menyatakan bahwa sumber primer bahan organik adalah
jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah. Jaringan
tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah
serta di inkorporasikan dengan tanah.
Bahan
organik tanah banyak ditemukan dipermukaan tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa tanah yang banyak mengandung humus atau
bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan
bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah
semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan.
Ditambahkan oleh Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa bahan organik merupakan
sebuah bahan utama pewarnaan tanah yang tergantung pada keadaan alaminya,
jumlah, dan penyebaran dalam profil tanah tersebut.
4.8. Kadar Nitrogen Tanah
Berdasarkan hasil
praktikum kadar nitrogen tanah, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 9. Pengamatan Kadar
Nitrogen Tanah
Pengamatan
|
Hasil
|
Kadar N total
|
0,01637 %
|
Berdasarkan
hasil praktikum, dapat diketahui bahwa kadar Nitrogen pada sampel tanah adalah
sebesar 0,01637%. Penetapan kadar Nitrogen dapat diperoleh melalui cara
destilasi. Sesuai dengan pendapat Madjid (2009) yang menyatakan bahwa kadar amonium
dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan cara destilasi atau spekfotometri, dimana
kadar nitrogen dipengaruhi oleh mikroorganisme. Hal ini sependapat dengan
Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa fiksasi nitrogen disebabkan oleh
mikroorganisme (terutama bakteri dalam tanah dan algae dalam air) dan peristiwa
atmosfir tertentu.
Nitrogen dibutuhkan oleh
tanaman salah satunya sebagai pembentuk protein dan memacu pertumbuhan pada
fase vegetative. Sesuai dengan pendapat Mul (2004) yang
menyatakan bahwa manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman
pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino,
lemak, enzim dan persenyawaan lain. Ditambahkan oleh Notohadiprawiro (2001) yang menyatakan bahwa sumber N dari atmosfer sebagai sumber primer dan dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder.
Fiksasi N secara simbiotik
khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu.
Bahan organik juga membebaskan nitrogen dan senyawa lainnya setelah mengalami
proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
4.9. Respirasi Mikrobia
Berdasarkan hasil praktikum
respirasi mikrobia tanah didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 10. Respirasi
Mikrobia
Sampel
Tanah
|
Volume HCL
|
|
CO2 yang
diikat NaOH
|
Gersang
|
0,585
|
|
31,13 mg / 3 hari
|
Subur
|
0,280
|
|
37,84 mg / 3 hari
|
Berdasarkan hasil praktikum respirasi mikrobia,
didapatkan hasil 31,13 mg / 3 hari pada sampel yang ditanam di tanah gersang
dan 37,84 mg / 3 hari pada sampel yang ditanam di tanah gersang. Pada tanah
subur nilainya lebih tinggi daripada pada tanah gersang, karena aktivitas
mikroorganisme pada tanah yang subur lebih banyak dibanding tanah gersang. Ini
menandakan adanya temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup dan
faktor ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme di tanah
tersebut. Sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa
pengukuran respirasi mikroorganisme merupakan cara yang pertama kali digunakan
untuk mengukur tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Hal ini sependapat
dengan Notohadiprawiro (2001) yang berpendapat bahwa respirasi tanah merupakan
pencerminan populasi dan aktifitas mikroba tanah. Penetapan respirasi tanah
didasarkan pada penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroba tanah dan
jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.
Tanah yang subur memiliki kondisi yang
sesuai bagi mikroorganisme untuk berkembang biak, sehingga mempengaruhi tingkat
populasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mul (2004) yang menyatakan
bahwa jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai
indeks kesuburan tanah (fertility index)
tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah
mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan
atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai,
ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme pada tanah tersebut. Sependapat dengan Tan (2000) yang menyatakan
bahwa jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme
dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman
profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan
pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah.

KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum ilmu tanah dapat disimpulkan bahwa tanah memiliki horizon A, B,
C, E, O dan R. Sampel tanah biasa bertekstur lempung berpasir dan tanah agregat
bertekstur lempung berdebu. Pada kondisi kering, konsistensi sampel tanah biasa
dan tanah agregat termasuk dalam kategori agak keras. Pada kondisi lembab,
sampel tanah biasa dan agregat termasuk pada kategori kokoh atau teguh.
Sementara pada kondisi basah, sampel tanah biasa termasuk kategori tidak lekat,
dan tanah agregat termasuk kategori agak lekat. Kadar air dinyatakan dalam
persen volume, yaitu persentasi volume air terhadap tanah. Kerapatan butir
adalah berat tanah yang menyusun tubuh tanah, serta kerapatan massa adalah
berat massa per volumenya. Kemasaman tanah bersifat netral. Bahan organik tanah
ditentukan melalui perhitungan. Kadar nitrogen ditetapkan dengan cara destilasi
atau spekfotometri. Respirasi mikrobia pada tanah subur diketahui lebih tinggi
daripada di tanah gersang.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis
sebaiknya pada praktikum pembagian tugas dalam 1 kelompok harus lebih
diperhatikan agar dapat menyelesaikan praktikum tepat waktu dan lebih efisien.

Bale, A. 2001. Ilmu
Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Hakim. 2007. Dasar –
Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar – Dasar
Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, H. 2003. Ilmu tanah.
Akademika Pressindo, Jakarta.
Kartasapoetra.
2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Madjid, A. 2009. Dasar
Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian, Yogyakarta.
Mul, M.S. 2004. Analisis
Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rieneka Cipta, Jakarta.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sutanto, R.
2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Tan, K.H. 2000. Environmental soil science. Marcel
Dekker, New York.
Wallace, A.,
R.G and Teny. 2000. Handbook
of Soil Conditioners Subsistance That Enhance the Physical Properties of Soil. Marcell Pecker Inc, New York.
Yani, A. 2003. Beberapa Pendekatan Pengukuran Karbon Tanah Gambut Di Jambi.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lampiran
1. Profil Tanah













1. Horison
O = Lapisan paling atas dan berwarna paling gelap karena kaya akan mineral
organik.
2. Horison
A = Top soil, berwarna gelap akibat pertumbuhan akar sampai kedalaman tertentu.
Masih cukup subur karena berdekatan dengan humus.
3. Horison
B = Horison batas akar tanaman. Tingkat kesuburan berkurang.
4. Horison
E = Berwarna terang dengan konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa
dengan ukuran seperti debu dan mineral yang resisten.
5. Horison
C = Terdiri dari sedimen atau bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari
batuan induk dibawahnya.
6. Horison
R = Lapisan batuan induk yang melapuk atau regolith.
Lampiran
2. Perhitungan Kadar Air Tanah
Tanah Biasa = 

=
x 100%

= 16,75
%
Tanah Agregat = 

=
x 100%

=
17,53 %
Lampiran
3. Perhitungan Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa
Kerapatan Partikel
Pengamatan
|
Hasil
|
Berat tabung
reaksi
|
17,4112 g
|
Berat tabung +
air
|
32,2033 g
|
Suhu air dalam
tabung
|
27o
C
|
Berat jenis
air (1)
|
1
|
Berat tabung +
tanah
|
19,4127 g
|
Berat tabung +
tanah + air
|
32,5025 g
|
Suhu air dalam
tabung
|
27o
C
|
Berat jenis
air (2)
|
1
|
Rumus Berat kering
mutlak :
= 

= 

= 2,0015 x 0,793
= 1,7941 gram
Kerapatan massa
Berat tanah kering = 

= 

=
0,793 x 7,276
=
5,769 gram
Lampiran
3. (Lanjutan)
Kerapatan Massa
Pengamatan
|
Hasil
|
Berat bongkah
tanah
|
7,276 g
|
Berat bongkah
tanah + lilin
|
8,096 g
|
Volume air gelas
ukur
|
100 ml
|
Volume air +
bongkah tanah
|
107 ml
|
Berat jenis
lilin
|
7 ml
|
Volume Bongkah Tanah = 

= 

= 7 - 

= 6,058 ml
Kerapatan Massa Tanah
BV = 

= 

= 0,952
Porositas Tanah = 

= 

=
(1 – 0,53) x 100%
=
47%
Lampiran
4. Perhitungan Kadar Bahan Organik
Kadar C = ppm kurva x
ml ekstrak 1000 ml x 100 mg contoh x fk
= 644 x
(100/1000) x (100/553,4) x (100/82,47%)
= 0,442182%
Lampiran
5. Perhitungan Kadar Nitrogen Total
Kadar N (%) = 

= 

= 0,01637%
Lampiran
6. Perhitungan Respirasi Mikrobia
Tanah Subur
HCL titrasi = z x ml
= 5,85 x 0,1
= 0,585
NaOH mula-mula = 0,4 x
0,5 ml
=
2 mgrek
NaOH yg bereaksi dengan
CO2 = 2 – 0,585
= 1,415
1 mgrek CO2 = 2 mgrek
NaOH
Jadi CO2 yang diikat
NaOH = 0,5 x (1,415) x 44 mgrek
= 31,13 mgrek
Tanah Gersang
HCL titrasi = z x ml
= 2,80 x 0,1
= 0,28
NaOH mula-mula = 0,4 x
0,5 ml
=
2 mgrek
NaOH yg bereaksi dengan
CO2 = 2 – 0,28
= 1,72
1 mgrek CO2 = 2 mgrek
NaOH
Jadi CO2 yang diikat
NaOH = 0,5 x (1,72) x 44 mgrek
= 37,84 mgrek

Tidak ada komentar:
Posting Komentar