Sabtu, 18 April 2015

Laporan Ilmu Tanah



BAB I
PENDAHULUAN
      Tanah merupakan suatu tubuh alam yang mempunyai arti kedalaman dan daerah permukaan. Tanah dipandang sebagai hasil alam oleh gaya destruktif dan gaya sintetik. Pelapukan dan perapuhan mikrobia sisa organik merupakan contoh proses destruktif, sedangkan pembentukan mineral baru, seperti lempung dan perkembangan corak lapisan yang khas merupakan proses sintetik. Tanah juga dapat diartikan sebagai hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di permukaan bumi yang terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Komponen tanah adalah mineral, organik, air, dan udara. Faktor-faktor pembentuk tanah daerah satu dengan yang lain berbeda seperti bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu (time), maka tanah yang terbentuk juga berbeda. Tanah merupakan komponen penting bagi pertanian. Tanaman akan dapat tumbuh degan baik apabila kondisi tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman.
      Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui profil, tekstur, konsistensi, kadar air, kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah, kemasaman, bahan organik, kadar nitrogen dan respirasi mikrobia pada tanah. Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui profil, tekstur, konsistensi, kadar air, kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah, kemasaman, bahan organik, kadar nitrogen dan respirasi mikrobia pada tanah.


 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Profil Tanah
Profil tanah adalah lapisan – lapisan yang berbentuk mendatar dan terdapat pada tanah apabila kita potong dalam posisi melintang. Lapisan – lapisan yang terlihat itu masing – masing disebut horizon. Lapisan atas profil tanah umumnya cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik tersebut (Hanafiah, 2005). Tanah yang berada dibawah rerumputan merupakan horison A yang berukuran tebal dan berwarna gelap akibat pertumbuhan akar sampai kedalaman tertentu. Horison B terbentuk dari hasil illuviasi, partikel koloida yang terdapat didalamnya adalah liat, bahan organik, oksida dari besi dan alumunium. Horison E berwarna terang dengan konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu dan mineral yang resisten. Horison C terdiri dari sedimen atau bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk dibawahnya. Horison O merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan mineral. Horison R merupakan lapisan batuan induk yang melapuk atau regolith (Hardjowigeno, 2003).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam terhadap proses pembentukan mineral, pembentukan dan pelapukan bahan –bahan koloid (Hakim, 2007). Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah ulang lebih tepat. Faktor-faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, organisme, topografi, iklim dan waktu (Madjid, 2009).
2.2.  Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah persentase partikel tanah menurut ukurannya. Selain itu tekstur tanah merupakan perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam suatu massa partikel tanah yaitu perbandingan relatif dari fraksi liat, debu dan pasir. Partikel tanah adalah butiran tanah. Fraksi debu dan pasir merupakan fraksi yang tidak aktif (Hakim, 2007). Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur merupakan perbandingan relative pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (Hardjowigeno, 2003).
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Hanafiah, 2005). Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (nisbi) dari pasir, debu, dan liat. Nama tekstur melukiskan penyebaran butiran secara plastisida, keteguhan, penyediaan hara dan produktivitas suatu wilayah geografis (Mul, 2004).
2.3.  Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan fisik tanah dengan kandungan air yang berbeda beda seperti yang diperlihatkan oleh reaksi tanah atas tekanan-tekanan mekanik. Konsistensi tanah dipandang sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi oleh kekuatan mengikat antara butir-butir tanah (Hanafiah, 2005). Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu kering, basah dan lembab. Faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah antara lain  tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah dan kadar air tanah (Hardjowigeno, 2003).
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain (Kartasapoetra, 2002). Sifat konsistensi tanah pada kandungan air yang berbeda-beda adalah konsistensi basah (kelekatan dan keliatan) konsistensi lembab dan konsistensi kering. Kelekatan artinya tanah dapat melekat atau menempel pada benda-benda yang mengenainya. Beberapa macam kelekatan yaitu tidak melekat, sedikit melekat, lekat dan sangat lekat. Liat artinya tanah mudah diubah-ubah bentuknya. Beberapa macam keliatan yaitu non-plastic, slighly plastic, plastic, very plastic. Konsistensi lembap merupakan tanah yang gembur. Beberapa macam konsistensi lembap yaitu lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ektrem teguh. Konsistensi kering merupakan tanah yang keras. Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat keras dan ekstrem keras (Hakim, 2007).
2.4.  Kadar Air
Kadar air dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase volume tanah. Cara  penentuan kadar air dapat digolongkan dalam cara grafimetrik, tegangan dan hisapan, tumbuhan, listrik serta pembaharuan neutron (Hardjowigeno, 2003). Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering (Madjid, 2009).
Kadar air biasanya dinyatakan dalam banyaknya air yang hilang bila massa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C sampai diperoleh berat tanah kering yang tetap. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh. Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat atau isi (Bale, 2001). Faktor-faktor yang mempemgaruhi kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik. Tanah yang berlempung misalnya mempunyai kandungan air yang labih banyak dibandingkan tanah berpasir. Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi keberadaan air disuatu tempat, gerak kapiler pada tanah basah akan lebih cepat daripada gerakan keatas maupun kesamping (Hakim, 2007).

2.5.  Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
Kerapatan butir adalah berat tanah yang menyusun tubuh tanah padat atau satuan berat solum tanah padat atau rata-rata kerapatan dari butir tanah tanpa pori, yang dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Sementara kerapatan massa adalah sebagai massa atau berat tanah per volumenya (Hanafiah, 2005). Kerapatan partikel merupakan suatu ukuran kerapatan partikel pada tanah. Kerapatan massa merupakan ukuran kerapatan dari tanah dimana dia berada secara alami termasuk ruang porinya. (Hakim, 2007).
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Hardjowigeno, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai porositas suatu tanah yaitu tekstur, struktur dan bahan organik. Tanah yang mempunyai struktur lemah maka porositasnya akan mengalami peningkatan selain itu dengan banyaknya bahan organik dalam tanah juga akan meningkatkan porositas tanah (Yani, 2003)
2.6.  Kemasaman Tanah
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting, sebab terdapat beberapa hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara, juga hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah berkisar 4 sampai 10. pH tanah kurang dari 4, dikaitkan dengan banyaknya kadungan asam sulfat (Hanafiah, 2005). pH tanah disebabkan oleh pengaruh kompetisi dissosiasi hidrogen dapat ditukar dan produksi OH- dari hidrolisis basa dapat ditukar dalam tanah berkisar dari alkali ringan sampai acidic ringan (Hardjowigeno, 2003).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting, sebab terdapat hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsur hara. Juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai mendekati keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah (Madjid, 2009). Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Mul, 2004).
2.7.  Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri dari sebagian sisa dan sebagian pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan hewan. Bahan ini adalah sisa yang tidak statis dan mengalami serangan jasad-jasad renik tanah. Karena itu bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus menerus diperbaharui  dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi (Madjid, 2009). Bahan organic merupakan sebuha bahan utama pewarnaan tanah yang tergantung pada keadaan alaminya, jumlah dan penyebaran dalam profil tanah tersebut (Hanafiah, 2005).
      Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 2003). Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta di inkorporasikan dengan tanah. Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda pula pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut (Hakim, 2007).
      Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk (Yani, 2003). Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin (Sutanto, 2002).
      Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisme yang telah mengalami perubahan, namum relatif tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah (Bale, 2001). Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein. Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme (Wallace and Teny, 2000).
2.8.  Kadar Nitrogen Tanah
Senyawa nitrogen organik dioksidasi melalui pemanasan dalam lingkungan asam sulfat pekat degan katalis campuran selen membentuk (NH4)2SO4. Kadar ammonium dalam ekstrak ditetapkan dengan cara destilasi atau spekfotometri (Madjid, 2009). Fiksasi nitrogen disebabkan oleh mikroorganisme (terutama bakteri dalam tanah dan algae dalam air) dan peristiwa atmosfir tertentu (Hanafiah, 2005).
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasal dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu.  Bahan organik    juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah (Notohadiprawiro, 2001). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain (Mul, 2004).
2.9.  Respirasi Mikrobia
         Pengukuran respirasi mikroorganisme merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi memiliki korelasi yang baik dengan parameter lain seperti temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup dan faktor ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme di tanah tersebut (Hardjowigeno, 2003). Respirasi tanah merupakan pencerminan populasi dan aktifitas mikroba tanah. Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroba tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah (Notohadiprawiro, 2001).
Jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility index) tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut (Mul, 2004). Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Tan, 2000).
BAB III
MATERI DAN METODE
        Praktikum Ilmu Tanah telah dilaksanakan pada hari Senin hingga Rabu, tanggal 21 - 23 April 2014, pada pukul 07.00 - 12.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1.  Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ilmu tanah adalah timbangan analitis untuk mengukur massa tanah, oven untuk memanaskan, eksikator untuk menyimpan sampel, kamera untuk mendokumentasikan, plastik untuk menyimpan sampel tanah biasa dan tanah agregat, piknometer untuk mengukur massa jenis, kawat pengaduk untuk mengaduk sampel, thermometer untuk mengukur suhu, botol pemancar air, corong, tabung reaksi untuk menaruh sampel, larutan indicator universal sebagai reagen, aquades untuk melarutkan, kartu warna pH untuk menentukan kemasaman,  spektrofotometer untuk mengukur absorbansi, labu ukur 100 ml untuk menampung larutan, pipet volume 5 ml, tabung digestion dan block digestion, labu erlenmeyer 100 ml untuk melarutkan atau mengencerkan, larutan phenolphtalein 2 tetes untuk indikator, alat destilasi untuk melakukan proses destilasi, dan beaker glass untuk menampung sampel air.
           Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum profil tanah adalah sampel tanah biasa dan tanah agregat. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum tekstur tanah adalah sampel tanah biasa dan tanah agregat. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum konsistensi tanah adalah aquades, sampel tanah biasa dan tanah agregat. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum kadar air tanah adalah sampel tanah kering bongkah. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah adalah sampel tanah biasa dan tanah agregat. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum bahan organik tanah adalah asam sulfat pekat, kalium dikromat 1 N dan larutan standar 5000 ppm C. Bahan yang digunakan dalam praktikum kadar nitrogen adalah Asam sulfat pekat, campuran selen, Asam borat 1%, Natrium Hidroksida dan batu didih. Sementara bahan yang digunakan dalam praktikum respirasi mikrobia adalah sampel tanah, KOH, penolftalein, HCL dan Metil Oranye.
3.2.  Metode
3.1.1.  Profil Tanah
 Metode yang digunakan dalam praktikum profil tanah adalah mencari tempat yang mempunyai profil tanah yang baik. Mendokumentasikan profil tanah tersebut. Mengamati dan mencatat profil tanah pada lembar kerja.


3.1.2.  Tekstur Tanah
            Metode yang digunakan dalam praktikum tekstur tanah adalah mengambil contoh dari tanah biasa dan tanah agregat. Membasahi secukupnya, kemudian menggosokkan. Menentukan tekstur yang sesuai pada tabel.
3.1.3.  Konsistensi Tanah
            Metode yang digunakan dalam praktikum konsistensi tanah adalah mengambil sampel dari tanah biasa dan tanah agregat. Membentuk bola dari kedua sampel tersebut. Pada keadaan kering, menilai tanah yang telah dibentuk sesuai dengan tabel. Pada keadaan lembab, membasahi tanah dengan sedikit air. Menentukan konsistensi tanah dengan meremas segumpal tanah. Pada kondisi basah, membasahi tanah. Menentukan konsistensi tanah basah dengan menilai mudah tidaknya melekat pada jari.
3.1.4.  Kadar Air Tanah
            Metode yang digunakan dalam praktikum kadar air tanah adalah menimbang gelas timbang kosong (a gram). Mengisi gelas timbang dengan sampel tanah. Menimbang gelas timbang beserta sampel tanah (b gram). Memasukkan gelas timbang kedalam oven selama 24 jam pada suhu 105OC. Memasukkan botol timbang kedalam eksikator. Mengeluarkan dari eksikator dan menimbang (c gram). Menghitung sesuai dengan persamaan.
3.1.5.  Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
            Metode yang digunakan dalam praktikum kerapatan partikel tanah adalah menimbang piknometer dengan tutupnya (a gram). Mengisi piknometer sampai penuh. Menimbang piknometer penuh air (b gram). Mengukur suhu air dalam piknometer dengan thermometer (t1OC). Membuang air dalam piknometer. Mengisi piknometer dengan sampel tanah (5 gram), memasang sumbatnya dan menimbang (c gram). Mengisi kembali piknometer dengan air sampai setengah. Mendiamkan selama 1 malam. Mengulangi penghilangan gelembung udara, kemudian menambahkan aquades sampai penuh. Menimbang aquades berisi tanah dan aquades (d gram). Mengukur suhu air piknometer dan cocokkan BJ air pada suhu tersebut (BJ2).
Metode yang digunakan dalam praktikum kerapatan massa tanah adalah menimbang contoh tanah (a gram). Melapisi bongkahan tanah dengan lilin. Dengan mengikatkan benang pada bongkah tanah, lalu mencelupkan dalam lilin cair, mendinginkan, dan menimbang (b gram). Mengisi gelas ukur sampai volume tertentu (p ml). Memasukkan bongkah berlapis lilin kedalam gelas ukur. Mencatat pertambahan volumenya.
3.1.6.  Kemasaman Tanah
            Metode yang digunakan dalam praktikum kemasaman tanah adalah menyiapkan 2 tabung reaksi. Memasukkan sampel tanah kedalam masing-masing tabung reaksi (2 gram). Menambahkan KCL 1 N sebanyak 5 ml untuk tabung A. Menambahkan 5 ml aquades untuk tabung B. Mengocok tabung selama 1 menit sampai mengendap. Memindahkan air ke tabung reaksi lain. Menetesi dengan indicator universal dan mengaduknya. Membandingkan warna yang timbul dengan kartu warna pH.
3.1.7.  Bahan Organik Tanah
            Metode yang digunakan dalam praktikum bahan organik tanah adalah menimbang contoh tanah halus 0,5 gram. Memasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Menambahkan K2Cr207 dan mengocoknya. Menambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat, mengocoknya, dan mendiamkan selama 30 menit. Mengencerkan dengan air bebas ion sampai dingin. Besoknya mengukur absorbansi larutan jernih dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm. Membuat pembanding standar 0 dan 250 ppm C dengan memipet 0 dan 5 ml larutan standar 5000 ppm C kedalam labu ukur 100 ml. Menghitung kadar C organik menggunakan computer.
3.1.8.  Kadar Nitrogen Tanah
            Metode yang digunakan dalam praktikum kadar nitrogen tanah adalah menimbang 0,5 gram sampel tanah halus. Memasukkan kedalam tabung digestion. Menambahkan 1 gram selen dan 3 ml asam sulfat pekat. Mendestruksi dengan suhu 350O sampai keluar uap dan terlihat endapan putih. Mendinginkan tabung dan kemudian mengekstrak dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. Mengocok sampai homogeny, membiarkan semalam sampai partikel mengendap. Memindahkan seluruh ektrak kedalam labu didih. Menambahkannya dengan aquades 90 ml. Menyiapkan penampung NH3 berisi 10 ml asam borat 1%, 2 tetes indicator penolftalein, lalu menghubungkannya dengan alat destilasi. Dengan gelas ukur, menambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml kedalam labu didih yang berisi sampel dan langsung menutupnya. Mendestilasi hingga volume penampang mencapai 50-75 ml dan berwarna hijau. Mentitrasi destilat dengan Asam Sulfat 1 N hingga muncul warna merah muda. Mencatat volume titar sampel (Vc) dan blanko (Vb). 
3.1.9.  Respirasi Mikrobia
            Metode yang digunakan dalam praktikum respirasi mikrobia tanah adalah memasukkan 100 gram tanah lembab kedalam 1 L botol. Menyiapkan 5 ml 0,2 N KOH dan 10 ml aquades masing-masing dalam 10 ml gelas breaker. Memasukkan kedua gelas breaker yang berisi KOH dan aquades, menutupnya, menginkubasi botol dengan cara dikubur pada tanah subur dan tanah kering, membiarkan selama 2 hari. Menentukan cumlah CO2 yang dihasilkan, dengan menfiltrasi didalam breaker gelas yang berisi KOH, masukkan 2 tetes phenolftalein. Memasukkan 2 tetes metil oranye pada larutan, mentritrasi dengan HCL.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Profil tanah
 Berdasarkan hasil praktikum profil tanah, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah
Horison Tanah
Horison O
Horison A
Horison E
Horison B
Horison C
Horison R

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil bahwa profil tanah terdiri dari horizon A, B, C, O dan R. Profil tanah adalah penampang melintang tanah pada posisi vertikal. Dimana setiap lapisan disebut dengan horizon tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa profil tanah adalah lapisan – lapisan yang berbentuk mendatar dan terdapat pada tanah apabila kita potong dalam posisi melintang. Lapisan – lapisan yang terlihat itu masing – masing disebut horizon. Ditambahkan oleh Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa lapisan atas profil tanah umumnya cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik tersebut. Tanah yang berada dibawah rerumputan merupakan horison A, yang berukuran tebal dan berwarna gelap akibat pertumbuhan akar sampai kedalaman tertentu. Horison B terbentuk dari hasil illuviasi, partikel koloida yang terdapat didalamnya adalah liat, bahan organik, oksida dari besi dan alumunium. Horison E berwarna terang dengan konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu dan mineral yang resisten. Horison C terdiri dari sedimen atau bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk dibawahnya. Horison O merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan mineral. Horison R merupakan lapisan batuan induk yang melapuk atau regolith.
       Pembentukan profil tanah dipengaruhi oleh gaya destruktif dan konstruktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007) yang menyatakan bahwa profil tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam terhadap proses pembentukan mineral, pembentukan dan pelapukan bahan –bahan koloid. Ditambahkan oleh Madjid (2009) yang menyatakan bahwa pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah ulang lebih tepat. Faktor-faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, organisme, topografi, iklim dan waktu.


4.2.  Tekstur Tanah
         Berdasarkan hasil praktikum tekstur tanah, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2. Pengamatan Tekstur Tanah
Sampel Tanah
Tekstur
Biasa
Lempung Berpasir
Agregat
Lempung Berdebu
       
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat diketahui bahwa sampel tanah biasa bertekstur Lempung berpasir dan sampel tanah agregat bertekstur Lempung berdebu. Tekstur tanah adalah komparasi dari fraksi tanah (debu, liat atau lempung, dan pasir) pada suatu tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007) yang menyatakan bahwa Tekstur tanah adalah persentase partikel tanah menurut ukurannya. Selain itu tekstur tanah merupakan perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam suatu massa partikel tanah yaitu perbandingan relatif dari fraksi liat, debu dan pasir. Partikel tanah adalah butiran tanah. Fraksi debu dan pasir merupakan fraksi yang tidak aktif. Ditambahkan oleh Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur merupakan perbandingan relative pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil.
Tekstur tanah juga merupakan komposisi partikel penyusun tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Ditambahkan oleh  Mul (2004) yang menyatakan bahwa tekstur tanah adalah perbandingan relatif (nisbi) dari pasir, debu dan liat. Nama tekstur melukiskan penyebaran butiran secara plastisida, keteguhan, penyediaan hara dan produktivitas suatu wilayah geografis.
4.3.  Konsistensi Tanah
 Berdasarkan hasil praktikum konsistensi tanah, didapatkan data sebagai berikut :
 Tabel 3. Pengamatan konsistensi tanah.
Sampel Tanah
Kondisi

Kering
Lembab
Basah
Biasa
Agak keras
Kokoh / Teguh
Tidak lekat
Agregat
Agak keras
Kokoh / Teguh
Agak lekat

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa pada kondisi kering, sampel tanah biasa dan tanah agregat termasuk dalam kategori agak keras. Pada kondisi lembab, sampel tanah biasa dan agregat termasuk pada kategori kokoh atau teguh. Sementara pada kondisi basah, sampel tanah biasa termasuk kategori tidak lekat, dan tanah agregat termasuk kategori agak lekat. Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir butir tanah dengan daya adhesi butir tanah dengan benda lain. Sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu kering, basah dan lembab. Ditambahkan oleh Hakim (2007) menambahkan sifat konsistensi tanah pada kandungan air yang berbeda-beda adalah konsistensi basah (kelekatan dan keliatan), konsistensi lembab dan konsistensi kering.
 Konsistensi tanah dipandang sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi oleh kekuatan mengikat antara butir-butir tanah. Sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah antara lain  tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah dan kadar air tanah. Konsistensi tanah adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan fisik tanah dengan kandungan air yang berbeda beda seperti yang diperlihatkan oleh reaksi tanah atas tekanan-tekanan mekanik. Ditambahkan oleh Kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
4.4.  Kadar Air Tanah
 Berdasarkan hasil praktikum kadar air tanah, didapatkan data sebagai berikut :
 Tabel 4. Pengamatan kadar air tanah
Sampel Tanah
Hasil
Biasa
16,75%
Agregat
17,53%
      Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil perhitungan kadar air tanah pada sampel tanah biasa sebesar 16,75% dan pada sampel tanah agregat sebesar 17,53%. Kadar air tanah dinyatakan sebagai persentase volume air terhadap volume tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa kadar air dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase volume air terhadap tanah. Cara  penentuan kadar air dapat digolongkan dalam cara grafimetrik, tegangan dan hisapan, tumbuhan, listrik serta pembaharuan neutron. Ditambahkan oleh Madjid (2009) yang menyatakan bahwa kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering.
      Kadar air tanah juga dapat disebut sebagai air yang terdapat dalam pori tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bale (2001) yang menyatakan bahwa kadar air biasanya dinyatakan dalam banyaknya air yang hilang bila massa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C sampai diperoleh berat tanah kering yang tetap. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh. Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat atau isi. Ditambahkan oleh  Hakim (2007) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik. Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi keberadaan air disuatu tempat, gerak kapiler pada tanah basah akan lebih cepat daripada gerakan keatas maupun kesamping.

4.5.  Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
 Berdasarkan hasil praktikum kerapatan partikel dan massa tanah, didapatkan data sebagai berikut :
 Tabel 5. Kerapatan Partikel, Kerapatan Massa dan Porositas Tanah
Pengamatan
Hasil
BJ
1,7941
BV
0,952
Porositas
47%
           
Berdasarkan hasil praktikum dapat diperoleh data bahwa nilai kerapatan partikel tanah adalah sebesar 1,7941 gram. Kerapatan partikel adalah bobot kering isi tanah dalam keadaan utuh per satuan volume. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa kerapatan butir adalah berat tanah yang menyusun tubuh tanah padat atau satuan berat solum tanah padat atau rata-rata kerapatan dari butir tanah tanpa pori, yang dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Ditambahkan oleh Hakim (2007) menambahkan bahwa kerapatan partikel merupakan suatu ukuran kerapatan partikel pada tanah.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diperoleh data bahwa nilai kerapatan massa tanah adalah sebesar 0,952 gram. Kerapatan massa adalah berat tanah per volume. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa kerapatan massa adalah sebagai massa atau berat tanah per volumenya. Ditambahkan oleh Hakim (2007) yang menyatakan bahwa kerapatan massa merupakan ukuran kerapatan dari tanah dimana dia berada secara alami termasuk ruang porinya.
            Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tanah tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granular atau remah, mempunyai porositas yang tinggi dari pada tanah-tanah dengan struktur massive. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Ditambahkan oleh Yani (2003) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai porositas suatu tanah yaitu tekstur, struktur dan bahan organik. Tanah yang mempunyai struktur lemah maka porositasnya akan mengalami peningkatan selain itu dengan banyaknya bahan organik dalam tanah juga akan meningkatkan porositas tanah.
4.6.  Kemasaman Tanah
Berdasarkan hasil praktikum kemasaman tanah, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 6. Pengamatan Kemasaman Tanah
Perlakuan
Warna Laurtan + Indikator
pH tanah
pH H2O
Coklat
6
pH KCL
Coklat
6
          
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil pH tanah pada sampel tanah biasa dan tanah agregat adalah 6. Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting, sebab terdapat beberapa hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara, juga hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Nilai pH tanah berkisar antara 4-10. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa umumnya pH tanah berkisar 4 sampai 10. pH tanah kurang dari 4, dikaitkan dengan adanya asam sulfat. Ditambahkan oleh Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa pH tanah disebabkan oleh pengaruh kompetisi dissosiasi hidrogen dapat ditukar dan produksi OH- dari hidrolisis basa dapat ditukar dalam tanah berkisar dari alkali ringan sampai acidic ringan.
      Kemasaman tanah bersifat penting karena dapat menentukan tanaman mana yang cocok dengan kondisi tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Madjid (2009) yang menyatakan bahwa kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting, sebab terdapat hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsur hara. Juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai mendekati keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah. Ditambahkan oleh Mul (2004) yang menyatakan bahwa kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting.



4.7.  Bahan Organik Tanah
Berdasarkan hasil praktikum karbon tanah, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 7. Pengamatan Kadar Bahan Organik Tanah
Pengamatan
Hasil
Kadar Bahan Organik
0,442182 %

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kadar karbon didalam tanah sebesar 0,442182%. Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Hal ini sependapat dengan Yani (2003) yang menyatakan bahwa sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk. Ditambahkan oleh Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut.
Karbon yang merupakan komponen bahan organik tanah tersusun salah satunya dari sisa – sisa tanaman dan mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Bale (2001) yang menyatakan jika unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisme dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah. Ditambahkan oleh Wallace and Teny (2000) yang menyatakan bahwa karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi. Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme.
      Berdasarkan hasil praktikum bahan organik tanah, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 8. Pengamatan Kadar Karbon Dalam Tanah
Berat Sampel
Abs
Konsentrasi
BBK (%)
Carbon (%)
553,4 mg
0,034
20,1807
82,47 %
0,442182 %

      Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil kadar bahan organic pada sampel tanah adalah sebesar 0,442182%. Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Madjid (2009) yang menyatakan bahwa bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri dari sebagian sisa dan sebagian pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan hewan.. Karena itu bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus menerus diperbaharui dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi. Ditambahkan oleh Hakim (2007) yang menyatakan bahwa sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta di inkorporasikan dengan tanah.
Bahan organik tanah banyak ditemukan dipermukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan. Ditambahkan oleh Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa bahan organik merupakan sebuah bahan utama pewarnaan tanah yang tergantung pada keadaan alaminya, jumlah, dan penyebaran dalam profil tanah tersebut.
4.8.  Kadar Nitrogen Tanah
Berdasarkan hasil praktikum kadar nitrogen tanah, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 9. Pengamatan Kadar Nitrogen Tanah
Pengamatan
Hasil
Kadar N total
0,01637 %

Berdasarkan hasil praktikum, dapat diketahui bahwa kadar Nitrogen pada sampel tanah adalah sebesar 0,01637%. Penetapan kadar Nitrogen dapat diperoleh melalui cara destilasi. Sesuai dengan pendapat Madjid (2009) yang menyatakan bahwa kadar amonium dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan cara destilasi atau spekfotometri, dimana kadar nitrogen dipengaruhi oleh mikroorganisme. Hal ini sependapat dengan Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa fiksasi nitrogen disebabkan oleh mikroorganisme (terutama bakteri dalam tanah dan algae dalam air) dan peristiwa atmosfir tertentu.
Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman salah satunya sebagai pembentuk protein dan memacu pertumbuhan pada fase vegetative. Sesuai dengan pendapat Mul (2004) yang menyatakan bahwa manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain. Ditambahkan oleh Notohadiprawiro (2001) yang menyatakan bahwa sumber N dari atmosfer sebagai sumber primer dan dari  aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan nitrogen dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
4.9.  Respirasi Mikrobia
Berdasarkan hasil praktikum respirasi mikrobia tanah didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 10. Respirasi Mikrobia
Sampel Tanah
Volume HCL

CO2 yang diikat NaOH
Gersang
0,585

31,13 mg / 3 hari
Subur
0,280

37,84 mg / 3 hari
      Berdasarkan hasil praktikum respirasi mikrobia, didapatkan hasil 31,13 mg / 3 hari pada sampel yang ditanam di tanah gersang dan 37,84 mg / 3 hari pada sampel yang ditanam di tanah gersang. Pada tanah subur nilainya lebih tinggi daripada pada tanah gersang, karena aktivitas mikroorganisme pada tanah yang subur lebih banyak dibanding tanah gersang. Ini menandakan adanya temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup dan faktor ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme di tanah tersebut. Sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa pengukuran respirasi mikroorganisme merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Hal ini sependapat dengan Notohadiprawiro (2001) yang berpendapat bahwa respirasi tanah merupakan pencerminan populasi dan aktifitas mikroba tanah. Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroba tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.
      Tanah yang subur memiliki kondisi yang sesuai bagi mikroorganisme untuk berkembang biak, sehingga mempengaruhi tingkat populasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mul (2004) yang menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility index) tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut. Sependapat dengan Tan (2000) yang menyatakan bahwa jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah.


















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
Dari hasil praktikum ilmu tanah dapat disimpulkan bahwa tanah memiliki horizon A, B, C, E, O dan R. Sampel tanah biasa bertekstur lempung berpasir dan tanah agregat bertekstur lempung berdebu. Pada kondisi kering, konsistensi sampel tanah biasa dan tanah agregat termasuk dalam kategori agak keras. Pada kondisi lembab, sampel tanah biasa dan agregat termasuk pada kategori kokoh atau teguh. Sementara pada kondisi basah, sampel tanah biasa termasuk kategori tidak lekat, dan tanah agregat termasuk kategori agak lekat. Kadar air dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentasi volume air terhadap tanah. Kerapatan butir adalah berat tanah yang menyusun tubuh tanah, serta kerapatan massa adalah berat massa per volumenya. Kemasaman tanah bersifat netral. Bahan organik tanah ditentukan melalui perhitungan. Kadar nitrogen ditetapkan dengan cara destilasi atau spekfotometri. Respirasi mikrobia pada tanah subur diketahui lebih tinggi daripada di tanah gersang.


5.2.  Saran
 Saran yang dapat diberikan oleh penulis sebaiknya pada praktikum pembagian tugas dalam 1 kelompok harus lebih diperhatikan agar dapat menyelesaikan praktikum tepat waktu dan lebih efisien.












DAFTAR PUSTAKA
Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Hakim. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, H. 2003. Ilmu tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Madjid, A. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian, Yogyakarta.
Mul, M.S. 2004. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rieneka Cipta, Jakarta.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Tan, K.H. 2000. Environmental soil science. Marcel Dekker, New York.
Wallace, A., R.G and Teny. 2000. Handbook of Soil Conditioners Subsistance That Enhance the Physical Properties of Soil. Marcell Pecker Inc, New York.
Yani, A. 2003. Beberapa Pendekatan Pengukuran Karbon Tanah Gambut Di Jambi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.






LAMPIRAN
Lampiran 1. Profil Tanah
Text Box: Horison OText Box: Horison EText Box: Horison AText Box: Horison RText Box: Horison CText Box: Horison BDescription: C:\Users\Taufan\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG_20140418_091926.jpg

1.   Horison O = Lapisan paling atas dan berwarna paling gelap karena kaya akan mineral organik.
2.   Horison A = Top soil, berwarna gelap akibat pertumbuhan akar sampai kedalaman tertentu. Masih cukup subur karena berdekatan dengan humus.
3.   Horison B = Horison batas akar tanaman. Tingkat kesuburan berkurang.
4.   Horison E = Berwarna terang dengan konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu dan mineral yang resisten.
5.   Horison C = Terdiri dari sedimen atau bahan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk dibawahnya.
6.   Horison R = Lapisan batuan induk yang melapuk atau regolith.

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Air Tanah
Tanah Biasa    =   
                        =  x 100%
                        = 16,75 %
Tanah Agregat =  
                         =  x 100%
                         = 17,53 %












Lampiran 3. Perhitungan Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa
Kerapatan Partikel
Pengamatan
Hasil
Berat tabung reaksi
17,4112 g
Berat tabung + air
32,2033 g
Suhu air dalam tabung
27o C
Berat jenis air (1)
1
Berat tabung + tanah
19,4127 g
Berat tabung + tanah + air
32,5025 g
Suhu air dalam tabung
27o C
Berat jenis air (2)
1

Rumus Berat kering mutlak :
=
=
= 2,0015 x 0,793
= 1,7941 gram
Kerapatan massa
Berat tanah kering =
                             =
                             = 0,793 x 7,276
                             = 5,769 gram


Lampiran 3. (Lanjutan)
Kerapatan Massa
Pengamatan
Hasil
Berat bongkah tanah
7,276 g
Berat bongkah tanah + lilin
8,096 g
Volume air gelas ukur
100 ml
Volume air + bongkah tanah
107 ml
Berat jenis lilin
7 ml

Volume Bongkah Tanah =
                                       =
                                       = 7 -  
                                       = 6,058 ml   
Kerapatan Massa Tanah BV =
                                                =
                                                = 0,952
Porositas Tanah =
                             =
                              = (1 – 0,53) x 100%
                              = 47%


Lampiran 4. Perhitungan Kadar Bahan Organik
Kadar C = ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml x 100 mg contoh x fk
              = 644 x (100/1000) x (100/553,4) x (100/82,47%)
              = 0,442182%


















Lampiran 5. Perhitungan Kadar Nitrogen Total             
Kadar N (%) =
                        = 
                        = 0,01637%
















Lampiran 6. Perhitungan Respirasi Mikrobia
Tanah Subur
HCL titrasi = z x ml
                  = 5,85 x 0,1
                  = 0,585
NaOH mula-mula = 0,4 x 0,5 ml
                             = 2 mgrek
NaOH yg bereaksi dengan CO2 = 2 – 0,585
                                                    = 1,415
1 mgrek CO2 = 2 mgrek NaOH
Jadi CO2 yang diikat NaOH = 0,5 x (1,415) x 44 mgrek
                                               = 31,13 mgrek

Tanah Gersang
HCL titrasi = z x ml
                  = 2,80 x 0,1
                  = 0,28
NaOH mula-mula = 0,4 x 0,5 ml
                             = 2 mgrek
NaOH yg bereaksi dengan CO2 = 2 – 0,28
                                                    = 1,72
1 mgrek CO2 = 2 mgrek NaOH
Jadi CO2 yang diikat NaOH = 0,5 x (1,72) x 44 mgrek
                                               = 37,84 mgrek




Description: D:\Download\copy-of-soiltriangle.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar