Teknologi pengolahan adalah teknik, cara atau metode
untuk mengolah hasil hortikultura (sayur dan buah) menjadi bentuk atau produk
dengan spesifikasi tertentu sesuai dengan keinginan pemakai, seperti produk
antara atau produk yang dapat dikonsumsi langsung oleh konsumen.
Pengolahan hasil hortikultura dapat menghasilkan
berbagai produk, yaitu:
1.
Produk
hasil pengeringan
2.
Tepung
3.
Keripik
4.
Kerupuk
5.
Sari
atau cairan hasil ekstraksi
6. Pasta
7.
Produk
dengan kadar gula tinggi
8.
Asinan
1. Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengurangan kadar
air bahan dengan menempatkan bahan pada
ruang dengan kelembaban relatif rendah, atau tekanan rendah. Secara tradisional, pengeringan dilakukan
dengan menjemur bahan pada ruang terbuka dengan terik matahari. Cara ini telah dimodifikasi dengan
menempatkan bahan di dalam kotak yang sekurang-kurangnya bagian atasnya tembus
cahaya matahari yang merupakan sumber energi panas. Dengan cara ini, suhu udara di dalam kotak
akan naik lebih cepat sehingga tekanan uap air bahan akan naik lebih cepat pula
dan hal ini akan mempercepat proses penguapan air dari bahan. Pengeringan dapat juga dilakukan dengan
menggunakan alat yang menggunakan energi panas dari listrik atau bahan bakar
(biomassa, batubara, atau bahan bakar minyak).
Pada pengolahan hasil hortikultura, pengeringan
dilakukan pada proses pengolahan pisang sale, tepung pisang, kerupuk labu,
dodol, cabe kering, dan cabe bubuk.
Pengeringan tersebut dapat dilakukan dengan penjemuran dan dengan alat
pengering pada saat cahaya matahari tidak mencukupi.
2. Penghalusan
Penghalusan adalah proses penghancuran bahan
sehingga secara fisik bahan berubah menjadi lebih kecil atau menjadi partikel
yang lebih kecil, menjadi bubur atau menjadi pasta. Tujuan dari penghalusan tergantung kepada
bentuk produk secara fisik. Jika produk
berukuran lebih kecil, atau partikel yang lebih halus, maka tujuan pengecilan
tersebut adalah untuk memperbesar luas permukaan sehingga penguapan air pada
saat pengeringan akan berlangsung lebih cepat.
Jika produk berupa pasta atau bubur maka tujuan adalah untuk memperoleh
tekstur bahan yang lebih halus dan cair (contohnya pada pengolahan saos tomat
dan selai), atau agar ekstraksi cairan produk lebih mudah dilakukan (contohnya
pada pengolahan sari buah).
3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pengambilan bahan
atau senyawa tertentu dari suatu bahan.
Pada pengolahan hasil hortikultura, ekstraksi biasanya bertujuan untuk
memisahkan cairan dari bahan yang tidak larut air sehingga dihasilkan suatu
cairan yang disebut sari buah atau sari sayur.
Proses ekstraksi tersebut biasanya dilakukan dengan
memeras bahan secara mekanik sehingga cairan terpisah dari serat dan
bahan-bahan tidak larut air. Pada
umumnya, ekstraksi didahului dengan penghalusan sehingga dihasilkan produk
berupa bubur atau pasta. Selanjutnya,
bubur atau pasti tersebut disaring, dipusing atau diperas untuk memisahkan
cairannya.
4. Pemotongan
Pemotongan bertujuan untuk merubah bentuk
dan ukuran bahah menjadi bentuk tertentu dengan ukuran yang tertentu pula. Contohnya pada pembuatan keripik kentang
dimana kentang yang telah dikupas diiris-iris menjadi lempengan cakram dengan
ketebalan tertentu. Pengirisan ini bertujuan
agar proses selanjutnya lebih mudah untuk dilakukan, misalnya lebih cepat
kering jika dikeringkan, atau lebih cepat garing jika digoreng.
Pemotongan dan pengirian sayur yang biasa
dilakukan pada saat mengolah sayur untuk dimasak juga merupakan contoh dari
pemotongan yang tujuannya adalah agar diperoleh bahan dengan ukuran tertentu
sesuai dengan selera penyicip.
Pemotongan dapat menjadi bagian dari proses
ekstraksi sari buah dimana bahan dipotong-potong, kemudian diperas secara batch
dengan pemeras bertekanan atau secara kontinyu dengan pemeras berulir.
5. Pemanasan
Pemanasan ditujukan untuk berbagai tujuan,
yaitu: (a) untuk mematangkan bahan sehingga mempunyai aroma, rasa dan tekstur
tertentu, (b) untuk mengurangi jumlah mikroba pencemar atau senyawa yang
membahayakan kesehatan yang terkandung pada bahan, dan (c) untuk mengeringkan
bahan agar lebih kering dan renyah.
Pemanasan dapat dilakukan dengan menggunakan media (a) minyak panas, (b)
udara panas, (c) air panas, dan (d) uap panas.
Jenis Pemanasan
Pemanasan dapat dikelompokan berdasarkan media
yang digunakan untuk pemanasan atau cara panas dibangkitkan, yaitu: (a)
penggorengan, (b) pemanggangan, (c) perebusan, (d) pengukusan, dan (e) radiasi
gelombang pendek.
Penggorengan.
Penggorengan adalah proses pemanasan dengan
menggunakan media minyak nabati atau minyak hewani. Karena bahan tercelup di dalam cairan minyak
dengan suhu di atas 140°C yang jauh di atas titik didih air bahan,
maka proses pindah panas berlangsung cepat sehingga bahan matang dengan cepat,
serta dapat menjadi kering dan renyah.
Dengan demikian, penggorengan bermanfaat ganda, yaitu untuk memasak
bahan sehingga diperoleh karakteristik tertentu dari produk, dan juga untuk
mengeringkan produk.
Penggorengan digunakan secara luas dalam pengolahan
makanan di rumahtangga, restoran, usaha jasa boga dan hotel. Industri makanan yang memproduksi kerupuk dan
keripik siap santap, pada umumnya juga menggunakan teknik penggorengan sebagai
proses terpenting dalam proses pengolahannya.
Penggorengan vakum adalah penggorengan dengan
minyak panas yang disertai dengan pengurangan tekanan udara di dalam ruangan
penggorengan. pada kondisi tekanan udara
yang rendah, proses penggorengan dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah
dan waktu yang lebih singkat. Biasanya
penggorengan vakum ini dapat dilakukan untuk membuat berbagai keripik.
Pemanggangan
Pemanggangan adalah pemanasan bahan dengan
menggunakan udara panas, mulai dari suhu sekitar 120°C sampai suhu mendekati 200°C dengan menggunakan oven, atau dengan panas yang lebih tinggi dengan
sumber panas dari bara atau api pembakaran gas dan kayu. Pemanggangan juga menyebabkan bahan menjadi
matang, dan dapat mengeringkan bahan jika dilakukan relatif lama.
Perebusan
Perebusan merupakan proses pengolahan yang paling
umum dilakukan di rumahtangga, restoran, jasa boga, hotel dan industri
pangan. Pada perebusan digunakan media
air sebagai media pengantar panas. Air
tersebut dapat berupa air yang ditambahkan dari luar, tapi dapat juga dari air
yang berasal dari bahan sendiri.
Pemanasan ini bertujuan untuk memasak bahan
sehingga bahan menjadi matang dengan karakteristik tertentu yang
dikehendaki. Tujuan lain adalah untuk
mematikan mikroba dan parasit yang mungkin terdapat pada bahan sehingga bahan
menjadi aman bagi kesehatan bila dikonsumsi.
Pengukusan
Pengukusan adalah pemanasan bahan dengan
menggunakan uap panas. Biasanya uap
panas yang digunakan bersuhu 100°C atau
lebih. Untuk keperluan membunuh mikroba
pada bahan yang dikemas secara aseptis, atau untuk mempercepat pelunakan
jaringan bahan dengan cara pemanasan, digunakan pemanasan dengan uap panas
dengan suhu di atas 121°C.
Radiasi Gelombang Pendek
Radiasi gelombang pendek (panjang gelombang xxx –
xxx nm) dapat menimbulkan getaran pada molekul air pada bahan sehingga
menimbulkan panas. Oleh karena itu,
radiasi gelombang pendek tidak efektif digunakan untuk bahan yang kering atau
berkadar air rendah. Lama pemanasan dan
intensitas reaksi digunakan untuk mengatur suhu bahan yang dipanaskan. Pada saat ini, telah banyak tersedia alat
pemanas yang menggunakan radiasi gelombang pendek yang berukuran kecil yang
digunakan untuk dapur keluarga, yaitu microwave oven.
Penerapan Pemanasan untuk Mengendalikan Enzim dan Populasi Mikroba
Secara alami, mikroba terdapat pada bahan yang
jumlahnya dapat berkembang selama penyimpanan.
Mikroba tersebut dapat merusak bahan atau dapat menimbulkan gangguan
kesehatan bagi yang mengkonsumsi makanan tersebut. Pengendalian mikroba pada bahan makanan merupakan
salah satu upaya untuk memperpanjang umur simpan bahan atau untuk meningkatkan
keamanan makanan tersebut bagi kesehatan.
Pemanasan adalah salah satu metode yang efektif
untuk mengendalikan populasi mikroba, baik mikroba perusak makanan, maupun
mikroba penghasil toksin dan / atau penyebab infeksi. Blanching, pasteurisasi dan
sterilisasi adalah metode pemanasan untuk adalah pemanasan yang biasa digunakan
dalam pengolahan makanan.
Blanching
Blanching adalah pemanasan bahan pada suhu £100°C dengan
menggunakan uap panas atau air panas.
Pemanasan ini akan membunuh semua mikroba patogen dan sebagian mikroba pembusuk. Tujuan utama dari blanching adalah
untuk inaktivasi enzim-enzim yang dapat menyebabkan kerusakan warna dan
senyawa-senyawa alamiah pada bahan sebelum bahan diolah dengan panas yang lebih
tinggi atau lebih lama. Selain itu, blanching
juga melunakkan jaringan bahan, dimana kondisi ini bermanfaat jika bahan
hendak disusun rapat di dalam kemasan aseptis.
Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah pemanasan bahan untuk
membunuh semua mikroba patogen. Biasanya
suhu yang digunakan adalah sekitar 70°C dimana
pemanasan pada suhu tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang besar pada aroma
dan rasa dari bahan. Pada mulanya,
pasteurisasi diterapkan pada susu segar untuk memastikan susu tersebut bebas
mikroba patogen pada saat diminum. Saat
ini, proses ini juga diterapkan pada sari buah dan beberapa jenis minuman.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pemanasan untuk
membunuh mikroba yang dapat menimbulkan kerusakan bahan yang terkemas selama
penyimpanan. Sterilisasi biasanya
dilakukan pada suhu sekitar 121°C dengan
menggunakan uap panas. Pada bahan yang
banyak mengandung asam (pH di bawah 4,5), misalnya sari buah, pemanasan dapat
dilakukan pada suhu yang lebih rendah (maksimal 100°C). Pada pH rendah, biasanya mikroba lebih sensitif terhadap panas
sehingga sudah mengalami kematian pada suhu yang lebih rendah.
Sari buah
biasanya dikemas dengan bahan yang tidak dapat dilunakkan dengan suhu air
mendidih. Pada pemanasan dengan uap panas, air dipanaskan sampai menghasilkan
uap dengan suhu dan tekanan tertentu, kemudian uap ini memanaskan bahan yang
hendak dipanaskan.
Pemanasan basah yang digabung dengan pengemasan
bahan di dalam kemasan tahan panas adalah merupakan teknik pasteurisasi atau
sterilisasi untuk produk yang dapat disimpan dari beberapa hari sampai beberapa
puluh bulan, tergantung kepada kepada tingkat suhu panas yang diberikan.
6. Fermentasi
Fermentasi adalah proses pengolahan yang
melibatkan aktivitas mikroba pada keseluruhan atau salah satu tahapan dari
proses tersebut. Mikroba yang digunakan
dapat berasal dari salah satu bahan yang mengandung populasi mikroba dalam
jumlah relatif besar yang ditambahkan secara sengaja pada pengolahan. Bahan tersebut dikenal sebagai inokulum dan
dalam istilah sehari-hari disebut sebagai ragi atau laru. Penambahan inokulum tidak selalu
diperlukan. Pada pengolahan sayur dan
buah dengan cara fermentasi, inokulum tidak diperlukan. Buah dan sayur yang sedang difermentasi
ditempatkan pada larutan garam yang dapat menghambat mikroba pembusuk. Sementara itu, mikroba penghasil asam yang
dikehendaki tetap dapat tumbuh pada larutan garam tersebut.
7. Penggulaan
Penggulaan adalah proses pengolahan dengan
menambahkan gula pada bahan dalam jumlah relatif tinggi. Penambahan gula pada buah akan menyebabkan
perubahan pada tekstur sehingga menjadi lebih liat dan kisut. Pada pengolahan selai, bubur buah yang telah
ditambah gula dipanaskan sampai mendidih sehingga terjadi interaksi antara
gula, asam dan pektin sehingga terbentuk bubur buah berubah konsistensinya
menjadi gel. Pada pembuatan permen,
bubur buah atau sari buah dicampur dengan gula dan bahan pengisi sehingga
membentuk konsistensi yang padat atau liat.
8. Pengemasan Aseptis
Pengemasan aseptis bertujuan agar bahan yang
dikemas tidak mengalami pencemaran dan interaksi dengan lingkungan di luar
kemasan. Pengendalian populasi mikroba
dilakukan sebelum atau selama pengemasan berlangsung. Biasanya pengendalian populasi mikroba
dilakukan dengan teknik sterilisasi panas dimana bahan yang akan dikemas atau
kemasan yang telah berisi bahan dipanaskan dengan suhu tinggi sehingga populasi
mikroba berkurang secara drastis dan populasi yang tersisa tidak cukup untuk
menimbulkan kerusakan bahan selama penyimpanan yang normal. Agar tidak terjadi kontaminasi atau interaksi
dengan lingkungan laur, kemasan harus tertutup rapat sehingga tidak ada celah
sekecil apapun yang memungkinkan mikroba dan udara luar masuk ke dalam
kemasan.
Bahan yang akan dikemas secara aseptis
dapat diolah terlebih dahulu dengan salah satu atau berbagai kombinasi teknik
penghalusan, ekstraksi, pemotongan, pemanasan, blanching dan pasteurisasi. Misalnya pada pengemasan aseptis saribuah
sehingga produk berupa sari buah dalam kemasan dilakukan terlebih dahulu dengan
ekstraksi sari buah, kemudian diblanching, dikemas dan disterilkan dengan suhu
tinggi.
terima kasih, materinya sangat membantu
BalasHapus